Kapolres di Jatim Diminta Ikut Antisipasi Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku Hewan

Arahan dalam telegram tersebut, lanjut Farman, yaitu memastikan ketersediaan obat-obatan dalam rangka melanjutkan pengobatan simtomatis pada hewan ternak yang terkena wabah PMK.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 11 Mei 2022, 06:06 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2022, 06:06 WIB
Kapolres di Jatim diminta memantau penyebaran PMK hewan ternak. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Kapolres di Jatim diminta memantau penyebaran PMK hewan ternak. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Dirreskrimsus Polda Jatim yang juga Kasatgas Pangan Kombes Pol Farman mengaku telah mengeluarkan Telegram kepada jajaran Polres untuk mengantisipasi penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.

"Kami telah membuat arahan dalam bentuk telegram kepada para Kapolres jajaran untuk melakukan koordinasi dengan dinas terkait guna melakukan langkah-langkah antisipasi penyebaran virus PMK pada hewan ternak," ujarnya, Selasa (10/5/2022).

Arahan dalam telegram tersebut, lanjut Farman, yaitu memastikan ketersediaan obat-obatan dalam rangka melanjutkan pengobatan simtomatis pada hewan ternak yang terkena wabah PMK.

"Melakukan pembatasan lalu lintas pada hewan ternak dari dan menuju daerah wabah. Melakukan vaksinasi pada hewan ternak yang sehat," ucapnya.

"Selanjutnya satgas Pangan Polda Jatim akan terus berkoordinasi dengan Pemprov Jatim bersama stakeholder terkait dalam penanganan lebih lanjut," imbuh Farman.

Farman menjelaskan, virus PMK menyebabkan penyakit menular namun tingkat kematiannya rendah dan dapat disembuhkan dengan masa inkubasi 14 hari, serta masa penyembuhan 14 hari.

"Apabila sudah sembuh tidak ada masalah untuk dipotong, karena virus dalam PH tertentu tidak aktif dan akan mati pada suhu 60 derajat celcius," ujarnya.

Tidak Menular ke Manusia

Farman menyampaikan, secara klinis penyakit ini tidak masalah karena tidak menular ke manusia. Namum perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi untuk masalah penanganan penyakit agar para peternak tidak panik.

"Pemotongan ketika sakit dan ada beberapa bagian yang harus dipilah, namun pada suhu 60 sampai dengan 70 derajat, virus tersebut sudah mati," ucapnya.

Farman menegaskan, efek dari penyakit tersebut berat badan turun, sariawan dan kuku lepas sehingga menyebabkan nafsu makan sapi menurun.

"Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi, Asosiasi Obat Indonesia untuk masalah PMK siap membantu dan sudah disediakan namun untuk vaksinnya yang belum ada, harus impor," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya