Liputan6.com, Surabaya - Dosen Ekonomi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Rossanto Dwi Handoyo mengungkapkan dua indikator harga sapi yang terkena efek dari wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), menjelangHari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.
"Harga sapi saat ini terbagi menjadi dua bagian. Bagi daerah yang terindikasi terkena wabah PMK, maka harga sapi akan menurun. Sedangkan bagi daerah-daerah yang tidak terindikasi terkena wabah PMK maka harga sapi akan meningkat," ujarnya, Rabu (22/6/2022).
Menurutnya, masyarakat cenderung tidak percaya untuk membeli sapi pada daerah-daerah yang terindikasi terkena wabah PMK. Tentu hal ini berpengaruh pada supply dan demand sapi di suatu daerah dan mempengaruhi harga pasarnya.
Advertisement
"Selanjutnya, harga sapi menjelang Iduladha 1443 Hijriah terutama mulai dua minggu sebelumnya diprediksi akan meningkat," ucapnya.
Selain itu, lanjut Rossanto, karena permintaan yang akan meningkat, para peternak juga akan tetap berusaha menjual sapi-sapinya yang terdampak wabah PMK, karena sampai saat ini belum ada evidence penularan PMK dari hewan kepada manusia selama daging tersebut dimasak dengan benar.
“Peternak akan tetap menjual sapi terdampak wabah PMK secara tidak melalui lembaga formal, misalnya rumah potong hewan, karena sapi-sapi yang masuk ke RPH ini sudah harus terstandarisasi, harus mendapat stempel kesehatan dari balai karantina hewan, dari dinas setempat,” ujarnya.
Kembalinya harga sapi ke harga normal dimungkinkan jika pemerintah melakukan mitigasi yang optimal. Apalagi, saat ini predikat Indonesia sebagai negara bebas PMK telah dicabut.
“Pemerintah harus bisa menyediakan vaksinasi sebagai upaya mitigasi secara masif untuk mengatasi wabah PMK. Karena kalau tidak maka penyebaran akan semakin meningkat dan tentunya akan merugikan produsen dan juga masyarakat itu sendiri sebagai pembeli,” ucap Rossanto.
Impor
Rossanto juga menyarankan sejumlah solusi yang bisa dilakukan untuk mengendalikan harga sapi. Salah satunya dengan melakukan impor.
“Impor menjadi salah satu solusi untuk menjaga ketahanan pangan kita karena daging ini juga memberikan kontribusi terhadap inflasi, sehingga bisa melebar ke sektor-sektor yang lain,” ujarnya.
"Selain itu, revolusi industri di peternakan juga bisa dilakukan pemerintah agar wabah PMK dapat terkendali dengan baik," imbuh Rossanto.
Advertisement