Liputan6.com, Probolinggo - Dua pasien leptospirosis di Kota Probolinggo, meningal dunia karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan.
“Sejak Januari hingga Maret 2023 tercatat ada tujuh kasus leptopspirosis dan dua pasien diantaranya meninggal dunia,” ujar Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencanan (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo Nurul Hasanah Hidayati, Rabu (15/3/2023).
Kata dia, dua pasien yang meninggal dunia akibat terpapar leptospirosis itu merupakan warga Kecamatan Wonoasih dan Kecamatan Kanigaran.
Advertisement
“Untuk penyebaran penyakit leptospirosis itu disebabkan oleh bakteri leptospira yang dapat menyebar melalui kencing tikus dan penyebaran bakteri melalui urine tikus itu biasanya terdapat pada genangan air yang kotor,” tuturnya.
Ia menjelaskan gejala awal pasien yang terjangkit leptospirosis itu tidak terlalu spesifik seperti demam dan badan terasa sakit semua, sehingga terkadang pasien yang bersangkutan tidak tahu jika terpapar dan kalau penangananya terlambat maka penyakit itu dapat menyerang ginjal hingga liver.
“Jika tidak ditangani secara tepat dan dideteksi sejak dini, maka akan terlambat untuk menangani pasien tersebut, sehingga dapat menyebabkan kematian untuk itu ketika ada gejala segera bawa ke fasilitas kesehatan,” paparnya.
Ia mengimbau agar masyarakat berhati-hati, khususnya warga di kawasan lingkungan yang terdapat banyak tikus dan genangan air, sehingga masyarakat yang beraktivitas di lingkungan yang rawan pencemaran kencing tikus bisa menggunakan pelindung sepatu boot dan sarung tangan.
6 Orang Terjangkit Leptospirosis pada 2022
“Kami mengimbau masyarakat untuk mengindari kawasan genangan air yang banyak tikusnya. Jika terpaksa di lokasi itu, maka gunakan sepatu boot agar tidak terkena kencing yang terpapar virus tersebut,” katanya.
Dinkes P2KB Kota Probolinggo mencatat bahwa tahun 2022 terdapat enam kasus leptospirosis dan satu pasien meninggal dunia.
Advertisement