Liputan6.com, Jakarta - Musim hujan sebabkan banjir di beberapa wilayah Indonesia. Datangnya banjir membawa ancaman berbagai penyakit seperti leptospirosis.
Leptospirosis adalah penyakit yang sering muncul di wilayah dengan kebersihan lingkungan yang kurang terjaga, terutama setelah banjir atau genangan air.
Baca Juga
Bakteri Leptospira merupakan awal dari penyakit ini, yang menyebar melalui urine hewan yang sudah terinfeksi, seperti tikus, anjing, atau sapi.
Advertisement
Air yang terkontaminasi dapat menjadi sumber penyebaran penyakit, terutama ketika seseorang bersentuhan langsung dengan genangan tersebut melalui luka terbuka, mata, atau selaput lendir lainnya.
Meskipun terlihat sederhana, leptospirosis dapat berkembang menjadi kondisi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi seperti terjadinya kerusakan hati, gagal ginjal, meningitis, sampai gangguan pernapasan akut.
“Untuk itu, penting bagi kita memahami gejala, langkah pencegahan, dan penanganan yang efektif terhadap leptospirosis agar terhindar dari risikonya,” tulis dokter spesialis penyakit dalam RS EMC Pekayon, Johana Prihatini di laman EMC, dikutip Sabtu (1/2/2025).
Johana menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menyerang manusia dan hewan. Berawal dari bakteri Leptospira yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak langsung dengan air atau tanah yang sudah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri.
Lingkungan yang kotor, genangan air pascabanjir, dan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit Leptospirosis.
Apa Saja Gejala Leptospirosis?
Leptospirosis kerap ditemukan di wilayah tropis, termasuk Indonesia, terutama pada musim hujan. Kondisi cuaca yang lembab dan banyaknya genangan air menjadi faktor pendukung penyebaran bakteri ini.
Gejala leptospirosis bervariasi dari ringan hingga berat. Pada tahap awal, gejala yang muncul sering kali mirip dengan flu, sehingga mudah diabaikan. Namun, deteksi dini gejala sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Berikut adalah beberapa gejala leptospirosis yang perlu diperhatikan:
Demam dan Menggigil
Demam tinggi yang muncul secara tiba-tiba disertai menggigil merupakan salah satu tanda awal infeksi leptospirosis. Demam ini pada umumnya berlangsung selama beberapa hari.
Sesak Napas
Bakteri Leptospira yang menyerang paru-paru bisa menyebabkan gangguan pada pernapasan. Pada kondisi yang lebih parah, pasien bisa mengalami sesak napas sampai batuk berdarah.
Penyakit Kuning (Jaundice)
Saat leptospirosis menyerang kulit, hati dan mata, maka pasien akan menunjukkan gejala penyakit kuning. Kondisi ini dikenal sebagai jaundice atau penyakit kuning yang menandakan gangguan fungsi hati.
Advertisement
Mual, Muntah, dan Kehilangan Selera Makan
Gejala lainnya yang dapat timbul adalah gangguan pencernaan seperti mual, muntah, dan kehilangan selera makan. Akibatnya, tubuh menjadi lemas dan kurang berenergi.
Nyeri Otot
Nyeri otot, terutama di bagian betis dan punggung, merupakan gejala khas leptospirosis. Rasa nyeri pada otot akan cukup mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Hematuria atau Pipis Berdarah
Pada tahap lanjut, leptospirosis dapat merusak ginjal dan menyebabkan hematuria, yaitu keluarnya darah bersama urine. Apabila pasien mengalami kondisi ini, maka harus mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin.
Bagaimana Mencegah Leptospirosis?
Leptospirosis bisa dicegah dengan menerapkan langkah-langkah kebersihan yang baik, baik pada individu maupun lingkungan. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan leptospirosis yang bisa dilakukan:
Menjaga Kebersihan Tubuh dan Lingkungan
Mandi dan membersihkan tubuh secara rutin, terutama setelah bersentuhan dengan air atau tanah yang berpotensi terkontaminasi bakteri Leptospira.
Pastikan juga lingkungan sekitar tetap bersih untuk mencegah kehadiran tikus dan hewan pembawa penyakit lainnya.
Menjauhi Air Kotor
Hindari berenang atau bermain di genangan banjir, sungai, atau air tawar yang tidak terjamin kebersihannya. Jika terpaksa bekerja atau beraktivitas di lingkungan berisiko, gunakan pelindung seperti sepatu bot dan sarung tangan.
Mencuci Tangan
Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah beraktivitas, terutama sebelum makan atau menyentuh wajah. Langkah sederhana ini efektif mencegah penularan penyakit.
Menjaga Kebersihan Lingkungan dari Hama
Lingkungan yang kotor adalah tempat berkembang biaknya tikus sebagai pembawa bakteri Leptospira. Kelola sampah dengan baik, hindari genangan air, dan lakukan pengendalian hama secara rutin.
Vaksinasi Hewan Peliharaan
Jika memiliki hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing, pastikan mereka mendapatkan vaksinasi yang diperlukan. Vaksinasi hewan membantu mencegah penyebaran bakteri Leptospira melalui urine mereka.
Advertisement
Bagaimana Penanganan Leptospirosis?
Jika mengalami gejala leptospirosis, terutama setelah kontak dengan lingkungan berisiko, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Diagnosis dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes darah, dan analisis urine.
Pengobatan leptospirosis umumnya melibatkan pemberian antibiotik, seperti doksisiklin atau penisilin, yang berfungsi untuk membunuh bakteri Leptospira.
“Pada kasus leptospirosis yang lebih parah, pasien mungkin akan memerlukan perawatan intensif di rumah sakit, termasuk cairan infus dan pengobatan komplikasi yang biasanya akan muncul. Penanganan yang cepat dan tepat sangat penting untuk mencegah risiko komplikasi seperti kerusakan ginjal, gagal hati, atau meningitis,” pungkas Johana.