Liputan6.com, Surabaya - Kondisi di Jalur Gaza terus berkecamuk akibat serangan udara pasukan Israel yang menyerang membabi buta. Tak hanya warga setempat menjadi korban, para pekerja PBB pun menjadi korban.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) pada Sabtu (9/12) mengkonfirmasi kematian 133 staf di Gaza akibat serangan udara Israel.
Baca Juga
UNRWA melalui platform X menyatakan: “Staf kami di Gaza membawa anak-anaknya ke tempat kerja, sehingga mereka tahu bahwa mereka aman atau dapat mati bersama.”
Advertisement
“Kondisi warga sipil di #Gaza tak dapat dipertahankan, kami mencapai titik, di mana kami tidak dapat kembali,” tulis UNRWA.
Dalam pernyataan tersebut disimpulkan bahwa: “133 kolega UNRWA dipastikan tewas akibat bombardir dan mayoritas tewas bersama keluarganya.”
Militer Israel kembali menggempur Jalur Gaza pada 1 Desember setelah jeda kemanusiaan dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas selama sepekan dinyatakan berakhir.
Sedikitnya 17.700 warga Palestina tewas dan lebih dari 48.780 warga lainnya terluka akibat gempuran tanpa henti Israel sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh Hamas.
Sementara itu, korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang, menurut data resmi.
Evakuasi Warga Indonesia
Diberitakan sebelumnya, satu orang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Farid Zanzabil Al Ayubi berhasil dievakuasi dari Gaza pada hari ini, Sabtu (9/12/2023) sekitar pukul 19.00 WIB. Demikian disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi dalam pernyataan persnya.
"Mas Farid adalah relawan Mer-C yang sebelumnya menjalankan tugas kemanusiaan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara," ujar Menlu Retno.
Menlu Retno menceritakan bahwa sejak Rumah Sakit Indonesia di Gaza tidak beroperasi, Farid beserta dua relawan Indonesia lainnya berada di Gaza Selatan. Gaza Selatan sebelumnya merupakan daerah yang relatif aman dibanding Gaza Utara.
Sejak awal, tiga orang WNI termasuk Farid, yang bertugas sebagai relawan di Gaza memutuskan untuk tetap tinggal dan bertugas di sana. Namun, dalam perkembangannya, Farid kemudian memutuskan meminta bantuan pemerintah untuk dievakuasi.
"Saat ini Mas Farid telah berada dengan selamat di perbatasan Rafah wilayah Mesir bersama Tim Evakuasi KBRI Kairo," lanjutnya.
Proses evakuasi Farid, ungkap Menlu Retno, memerlukan waktu yang panjang dan proses yang sangat kompleks, terutama upaya untuk memasukkan namanya dalam daftar yang diperkenankan untuk melintas.
"Proses memasukkan ke daftar sekali lagi merupakan proses yang sangat tidak mudah," sambung Menlu Retno.
"Sebagaimana diketahui, selama berlangsungnya jeda kemanusiaan, perbatasan Rafah juga tidak selalu terbuka untuk arus keluar karena prioritas diberikan bagi arus masuk bantuan kemanusiaan."
Advertisement
Situasi di Gaza Masih Sangat Berbahaya
Sebelumnya, Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu dan menewaskan 1.200 orang di Israel serta membawa 240 orang sandera ke Jalur Gaza. (AP Photo/Victor R. Caivano)Lebih lanjut, Menlu Retno juga mengungkapkan betapa berbahayanya situasi di Gaza saat ini.
"Situasi di Gaza masih sangat berbahaya. Israel masih terus melakukan serangan pasca-selesainya jeda kemanusiaan," ujar Menlu Retno.
Serangan Israel, lanjut dia, telah menyasar sebagian Gaza Selatan, terutama di wilayah Khan Younis.
"Sekali lagi kita panjatkan syukur ke hadirat Allah SWT, setelah proses yang panjang dan rumit tersebut kita dapat membawa Mas Farid ke lokasi yang aman di Mesir," tuturnya.