Liputan6.com, Surabaya - Ketua Umum DPP PSI Kaesang Pangarep menyerahkan kepada masyarakat terkait penilaian penampilan Gibran Rakabuming Raka saat Debat Cawapres di Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta, Minggu 21 Januari 2024. Termasuk juga soal banyaknya anggapan Gimmick yang dilakukan oleh cawapres nomor 2 tersebut.
"Ya, balik lagi biar yang nonton yang menilai," ujarnya saat kampanye akbar di Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (23/1/2024).
Baca Juga
Selain itu, Kaesang juga mengungkapkan tentang greenflation yang disinggung dalam debat cawapres. Menurutnya, greenflation atau inflasi hijau tetap perlu menjadi perhatian ke depan. Jangan sampai, barang-barang yang berkaitan dengan pengembangan teknologi hijau terus melambung dan menyebabkan inflasi yang terlalu tinggi.
Advertisement
"Balik lagi inflasi hijau kan harus kita lihat juga untuk ke depannya. Takutnya malah barang-barang yang dimana bisa dibilang ramah lingkungan harganya malah tinggi. Itu kan yang harus kita pikirkan ke depannya," ucapnya.
Kaesang juga turut menanggapi perihal pertanyaan Gibran mengenai strategi mengatasi greenflation yang dianggap sebagai pertanyaan receh oleh Cawapres nomor urut 03, Mahfud MD.
Menurut Kaesang, setiap orang punya pandangan masing-masing terkait isu tertentu.
"Ya gak apa-apa (pertanyaan dianggap receh). Setiap orang balik lagi kan punya pandangan masing-masing," ujarnya.
Etika Debat di Mata Pakar
Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga Suko Widodo memaparkan pandangannya mengenai etika dalam berdebat di tengah masyarakat, khususnya pada debat keempat cawapres 2024.
Menurutnya, debat itu merupakan tradisi di dalam demokrasi dan cara untuk menemukan kebaikan yang tepat. Sehingga tidak ada kata menang atau kalah di dalam perdebatan. Debat mencari pemikiran-pemikiran yang bagus. Agar dapat menjadi alat bagi masyarakat untuk menyeleksi calon pemimpin mereka.
“Bagaimana kita bisa mem-promote atau mempresentasikan ide-ide agar bisa diterima orang banyak dengan argumentasi-argumentasi,” ucapnya.
Suko menjelaskan, selain tema yang jelas, debat memerlukan cara berkomunikasi yang benar. Semua yang dibicarakan harus menjadi jelas dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Hal itu sangat perlu untuk sebuah diskusi dapat berjalan.
“Yang bicara harus mengerti sehingga peserta dan lawan bisa mengikuti alur berpikir. Sehingga nanti akan keluar argumentasi sanggahan atau usulan yang masuk akal terhadap ide itu,” ujar dosen ilmu komunikasi itu.
Tujuan dari debat adalah untuk mengadu pikiran, mengadu ide, serta mengadu gagasan. Maka dari itu, tema di dalam debat harus menjadi fokus atau consent dalam perdebatan. Ia menganggap gestur-gestur berlebihan itu tidak menjadi perlu di dalam suatu debat.
Menurut Suko, komunikasi itu menyangkut rasa dengan tiga unsur penting berupa logika, etika, dan estetika. Sehingga gaya komunikasi itu menjadi penting bagi calon pemimpin.
Banyak orang mengatakan bahwa penggunaan istilah itu merupakan sebuah strategi dalam debat. Menurut pakar komunikasi politik itu, penggunaan istilah itu memang benar adalah sebuah strategi, namun tidak berada pada level yang tinggi.
“Strategi debat itu terdiri dari level satu sampai enam, mestinya semakin matang berpikirnya semakin bijak. Pengambilan policy itu pada level enam, bukan teknis atau level satu. Itu baru menunjukkan kualitas orang,” ucapnya.
Advertisement