Naskah Lontar Sritanjung Resmi Jadi Ingatan Kolektif Nasional

Naskah Lontar Sritanjung resmi ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) oleb Perpustakaan Nasional RI. Penetapan ini meneguhkan naskah Lontar Sritanjung sebagai bagian penting peradaban bangsa.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 21 Sep 2024, 13:39 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2024, 13:36 WIB
Naska Lontar Sritanjung Resmi Jadi Ingatan Kolektif Nasional (Istimewa)
Naska Lontar Sritanjung Resmi Jadi Ingatan Kolektif Nasional (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Naskah Lontar Sritanjung resmi ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) oleb Perpustakaan Nasional RI. Penetapan ini meneguhkan naskah Lontar Sritanjung sebagai bagian penting peradaban bangsa.

Naskah Lontar Sritanjung berisi kisah soal Sri Tanjung, tokoh legenda di Banyuwangi. Karya satra itu tersusun dalam larik puisi. Naskah Lontar Sritanjung pernah popular dalam ritual pelantunan tembang.

Puisi lirik yang terdapat dalam naskah tersebut merupakan bagian dari sejarah cerita lisan yang diwariskan dari satu generasi ke generasi di bawahnya oleh masyarakat Banyuwangi.

Para peneliti naskah kuno menganggap, naskah Lontar Sritanjung mengandung representasi antar budaya, misalnya Jawa dan Bali. Termasuk juga dengan budaya-budaya lain di Indonesia.

Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas RI Agus Suyoto menjelaskan, usai ditetapkan naskah Lontar Sritanjung perlu lebih diaktualisasikan. Hal ini agar naskah tersebut melekat dalam ingatan masyarakat.

"Jadi jika orang mendengar nama Banyuwangi mereka akan teringat dengan cerita-ceritanya," kata Agus, dalam Seminar Pengarusutamaan Naskah Nusantara Ikon di Banyuwangi, Jumat (20/9/2024).

Perpusnas, kata dia, gencar mencatatkan dan mengamankan manuskrip kuno untuk mempertegas identitas keindonesiaan. Dokumentasi naskah di masa silam menjadi catatan-catatan penting.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan terima kasih karena naskah kuno asal Banyuwangi masuk dalam Ikon. Ipuk mengatakan selama ini Banyuwangi terus berupaya melestarikan kekayaan seni dan budaya termasuk manuskrip kuno yang menjadi kekayaan literasi Banyuwangi. 

"Selain Lontar Sritanjung, di Banyuwangi terdapat sejumlah manuskrip kuno lainnya seperti Lontar Yusup, Babad Tawangalun, serta sejumlah kitab yang memiliki parateks bernilai sejarah dan mengandung pengetahuan," kata Ipuk.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rutin Gelar Festival Kitab Kuning

Ipuk mengatakan pihaknya juga rutin menggelar Festival Kitab Kuning yang mengangkat khazanah dan merestorasi keilmuan para ulama Banyuwangi.

"Cerita maupun sejarah Banyuwangi yang terkandung dalam naskah kuno juga diangkat dalam berbagai festival sebagai upaya untuk melestarikannya terutama pada generasi muda," tambah Ipuk.

Ipuk berharap dengan masuknya Lontar Sritanjung di Ikon, akan banyak menghadirkan para peneliti dan penggiat kajian manuskrip datang ke Banyuwangi.

Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO
Infografis Tahap Pengajuan Kebaya Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya