![Seorang Politikus yang kini menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum.](https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/0LP_eUdA2d-mzCpf78fPi49RKFc=/100x100/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/1390539/original/086251000_1477907340-Nasrullah.jpg)
Nasrullah adalah ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum. Pria kelahiran 10 Juli 1971 ini merupakan lulusan dari Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Sebelum terjun dan bergabung dengan Badan PengawaS Pemilihan Umum atau Bawaslu, Nasrullah dikenal sebagai seseorang yang aktif di kampus dan juga organisasi kemasyarakatan. Hal ini berdampak positif terhadap kehidupan sosial Nasrullah yang memiliki banyak teman yang berbeda suku, agama hingga latar belakang sosial. Keputusannya untuk bergabung dengan Bawaslu membuat ia dekat dengan media massa, yang membuat ia memiliki julukan Darling Of News untuk media massa.
Inovasi Bawaslu untuk Pilkada Jakarta dan Yogyakarta 2017
Nasrullah selaku pimpinan Bawaslu menyampaikan arahan serta nasihat kepada jajaran Bawaslu DKI Jakarta dan Panitia Pengawas Kabupaten/kota di DKI Jakarta dalam rangka pengawasan pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2017 nanti.
Ia juga menambahkan bahwa khusus Pemilihan calon Gubernur juga calon Wakil Gubernur DKI Jakarta juga Walikota Jogjakarta, Bawaslu akan melakukan inovasi dengan pengawasan berbasis IT di tiap-tiap TPS, yang juga diawai langsung oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peluang kecurangan baik di tingkat kota maupun provinsi.
Konsep Demokrasi yang Berbeda
Nasrullah yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Pemilu memberikan pandangannya tentang arti demokrasi. Ia berujar tak semua negara mampu menjalankan demokrasi secara benar.
Kenyataannya, ia menurutkan, bahwa terjadi banyak penyimpangan akibat perbedaan paradigma dalam memilih kepala daerah atau negara
Menurut Nasrullah, apabila para partisipan pemilu berpandangan bahwa pemilu untuk rakyat maka akan memiliki dampak yang panjang terhadap kesejahteraan dan kemajuan masyarakat.
Namun kini yang terjadi bahwa slogan rakyat untuk pemilu kerap disalahgunakan, karena rakyat seolah-olah dilibatkan padahal dalam prakteknya tidak.
Jika ini terus terjadi, maka akan terjadi stagnansi demokrasi dan menurunnya cita-cita dan tujuan masyarakat
![](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)
Berita Terbaru
Seleksi Capim KPK Sepi Peminat, ICW Minta Jokowi Beri Garansi
Lapas Narkotika Pangkalpinang Kukuhkan Kader Rehabilitasi
Brain Cipher Tepati Janji Kasih Kunci Dekripsi ke Admin PDN, Ini Penjelasan Pengamat Siber
Ketua KPU Hasyim Asy'ari Harus Rela Lepas Gaji Segini Usai Dipecat Gara-Gara Tindak Asusila
Tak Ada Lagi Wahyu kepada Nabi, Apa Tugas Malaikat Jibril Saat ini?
Viral Plang Jakhabitat Era Anies di Rusunami Cilangkap Hilang, Begini Kata Pemprov Jakarta
Perluas Nasabah UMKM, Bank Sampoerna dan JULO Tambah Fasilitas Kredit Rp 600 Miliar
Top 3 Berita Hari Ini: Interaksi Paula Verhoeven dan Baim Wong di Acara Wisuda Kiano Jadi Sorotan
Jadwal Lengkap, Hasil, dan Klasemen Piala AFF U-16 2024: Timnas Indonesia Bidik Gelar Ketiga
Hasil Final Piala AFF U-16 2024: Lewati Marathon Adu Penalti untuk Hajar Thailand, Australia Rebut Gelar Juara
Puluhan WNA Terdampar di Sukabumi, Imigrasi Duga Korban Perdagangan Manusia
Legenda Jerman Remehkan Skuad Spanyol di Euro 2024, Dianggap Tim Bau Kencur