Efek Samping
Pemberian vaksin umumnya memberikan reaksi kepada seseorang. Meski reaksi yang dirasakan setiap orang bisa berbeda-beda. Untuk vaksin Zifivax, dari hasil uji klinik yang dilakukan BPOM, secara umum pemberiannya masih bisa ditoleransi dengan baik. Beberapa efek samping lokal yang paling sering terjadi yakni:
1. Timbul nyeri pada tempat suntikan
2. Sakit kepala
3. Kelelahan
4. Demam
5. Nyeri otot (myalgia)
6. Batuk
7. Mual (nausea)
8. Diare dengan tingkat keparahan grade 1 dan 2
Tingkat Efikasi
Efikasi vaksin Zifivax diklaim mencapai 81,71 persen. Ini didapat dari hasil pengkajian efikasi dari uji klinik fase III. Efikasi 81,71 persen tersebut dihitung sejak tujuh hari setelah mendapat vaksinasi lengkap (setelah dosis ketiga). Sedangkan jika dihitung mulai 14 hari setelah mendapatkan vaksinasi lengkap, efikasi mencapai 81,4 persen. Selain itu, persentase efikasi bisa berbeda-beda tergantung kelompok usianya. Beriku ini rincian efikasi vaksin Zifivax dilihat dari pengelompokkan usia, diantaranya:
1. Efikasi terhadap populasi dewasa usia 18-59 tahun adalah 81,5 persen.
2. Efikasi terhadap populasi lansia di atas 60 tahun adalah 87,6 persen.
3. Efikasi terhadap populasi di Indonesia secara keseluruhan adalah 79,88 persen.
Selain kelompok usia, efikasi vaksin Zifivax juga berbeda berbagai varian virus corona. Berikut efikasi vaksin Zifivax berdasarkan varian SARS-CoV-2, yaitu:
1. Efikasi terhadap varian Alpha sebesar 92,93 persen.
2. Efikasi terhadap varian Gamma 100 persen.
3. Efikasi terhadap varian Delta 77,48 persen.
4. Efikasi terhadap varian Kappa 90 persen.
Perbedaan dengan Vaksin Sebelumnya
Para peneliti mengungkapkan, vaksin COVID-19 Zifivax berbeda dengan vaksin covid lainnya. Sebab, vaksin asal China ini menggunakan metode rekombinan. Vaksin rekombinan artinya vaksin dikembangkan menggunakan spike glikoprotein atau bagian kecil virus. Bagian ini akan memicu kekebalan saat disuntikkan ke tubuh manusia.
Hal itulah yang membedakan vaksin Zifivax dengan vaksin COVID-19 jenis lainnya, yang dikembangkan menggunakan virus yang dilemahkan atau dimatikan. Namun, dr. Rodman Tarigan Girsang, Sp.A(K), M.Kes yang merupakan Consultant Pediatrician di Kota Bandung, mengatakan vaksin rekombinan bukanlah hal baru di dunia medis.
Vaksin rekombinan selama ini telah digunakan untuk hepatitis B di Indonesia. Selain itu, vaksin rekombinan juga dapat disimpan pada suhu antara 2-8 derajat Celsius. Artinya, proses penyimpanannya tidak memerlukan perangkat khusus.

Berita Terbaru
Gunung Semeru Erupsi, Tinggi Letusan 800 Meter
Hasil Piala Asia U-17 2025 Timnas Indonesia U17 vs Yaman U17: Menang Telak, Garuda Muda Lolos ke Piala Dunia U-17 2025
Heboh Permadi Arya Dikabarkan Jadi Komisaris Jasamarga Toll Road Operation, Benarkah?
Jalan Terbentang untuk Pendatang Jakarta
Barang Indonesia Masuk AS Kena Tarif Trump 32 Persen, Apa Upaya Pemerintah RI Minimalisir Dampaknya?
Fakta Unik Baju Adat Padang Magek dari Minangkabau
Apa yang Terjadi Jika Bulan Semakin Jauh dari Bumi? Ini Kata Ilmuwan
Bingung Cara Melihat Nomor XL Tanpa Biaya? 6 Trik Mudah Ini Solusinya
Wali Kota Gorontalo Perang Terbuka Terhadap Miras dan Maksiat
3 Waktu yang Disunnahkan Menggosok Gigi, Panduan untuk Kesehatan dan Ibadah
Top 3 Berita Hari Ini: Ruben Onsu Bangun Musala di Desa di Sukabumi, Diberi Nama Sesuai Nama Ibunya
Ibu Phil Foden Dihina Suporter Manchester United, Pep Guardiola: Tidak Bermoral