Warga Twitter Gampang Terpengaruh Selebtweet?

Potensi bahaya dapat terjadi jika kondisi berkampanye di media sosial terus-menerus dilakukan secara tidak sehat.

oleh Adhi Maulana diperbarui 12 Jun 2014, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2014, 19:00 WIB
Surat Suara Tertukar
Ilustrasi

Liputan6.com, Jakarta - Hingar-bingar kampanye politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 mendatang begitu terasa di media sosial populer seperti Twitter dan Facebook.

Patut diakui bahwa media sosial kini telah menjadi media utama bagi para tim sukses (timses) untuk mengarahkan persepsi masyarakat. Berbagai bentuk usaha mempromosikan capres-cawapres yang diusungnya pun selalu menghiasi timeline media sosial tiap harinya.

Yanuar Nugroho, PhD., Peneliti Senior di Bidang Inovasi dan Perubahan Sosial di Universitas Manchester, Inggris, menilai bahwa kampanye atau bahkan counter kampanye via media sosial memiliki pengaruh sangat besar bagi masyarakat. Terlebih kampanye ini kerap dilakukan oleh para anggota timses yang mayoritas merupakan pemilik akun populer di media sosial.

"Pengaruhnya sangat besar, terutama jika kita mengingat bagaimana cara persepsi pengguna media sosial di Indonesia yang terlalu mudah untuk diarahkan. Artinya mereka percaya begitu saja apa yang dibicarakan di sana. Apalagi kalau disampaikan oleh seorang 'selebtweet' (user dengan jumlah follower tinggi). Apa saja yang di-tweet atau di-RT bisa dianggap 'benar'," papar Yanuar yang dihubungi tim Tekno Liputan6.com, Kamis (12/6/2014).

Yanuar juga menjelaskan potensi bahaya yang dapat terjadi jika kondisi berkampanye di media sosial terus-menerus dilakukan secara tidak sehat. Ia mengatakan, "Jika isi tweet atau RT itu menjatuhkan lawan dengan pembunuhan karakter - dan dilakukan oleh kedua kubu - maka akan terjadi demoralisasi warga. Situasi di mana warga negara atau calon pemilih merasa yakin bahwa tak ada lagi orang yang baik dan pantas memimpin negara. Ini akan melahirkan apatisme sosial atau apatisme warga saat pemenang pemilu berkuasa memegang pemerintahan."

Menurut pantauan kami, beberapa kicauan para pengguna Twitter yang merasa jengah dengan gegap gempita kampanye Pilpres di media sosial juga ramai bermunculan. Seperti yang diungkapkan oleh sejumlah akun Twitter berikut ini:

@HeroePLUR : Slank di PRJ, males palingan kampanye

@Opique_Pictures
: kemarin males buka mukabuku krena banyak alay. kali ini males buka mukabuku krena banyak kampanye

@ @CitraLG
: Btw, twitter bisa mute keyword tertentu ga sih? Males juga lama2 sama kampanye hitam/negatif

Di atas merupakan ungkapan-ungkapan kekecewaan sejumlah anggota masyarakat yang mulai bosan dengan kampanye, atau bahkan lelah dengan bentuk-bentuk kampanye hitam yang beredar di media sosial. Jika hal ini terus terjadi, maka bukan tidak mungkin jika demoralisasi warga seperti yang dikhawatirkan Yanuar terjadi. Situasi di mana masyarakat sudah bosan dan apatis terhadap isu politik dan lebih memilih untuk 'golput'.

Sebelumnya untuk mencegah semakin merajalelanya kampanye hitam yang kian meresahkan, penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu telah meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menindak pelaku kampanye hitam. Kominfo bahkan sudah berjanji akan segera memblokir situs-situs yang berbau kampanye hitam.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya