Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dengan populasi penduduk lebih dari 250 juta jiwa bukan hanya peluang manis buat para panjaja produk, tapi juga dilirik oleh penipu dunia maya. Bahkan para penipu internet tersebut memanfaatkan berbagai peluang yang ada, termasuk menggunakan media sosial.
Director Systems Engineering ASEAN Symantec, Halim Santoso, mengatakan bahwa media sosial masih menjadi target idaman para peretas. Dalam data Internet Security Threat Report Symantec, Indonesia menduduki peringkat ke-45 di tingkat global dalam hal penipuan media sosial.
Baca Juga
Sedangkan untuk wilayah Asia Pasifik dan Jepang, Indonesia menduduki peringkat 10. Salah satu faktor pendukung terjadinya hal tersebut adalah besarnya ketertarikan masyarakat terhadap media sosial.
"Indonesia memiliki populasi online yang besar, terlebih lagi memiliki pengguna media sosial yang banyak. Sehingga mudah ditargetkan," ungkap Halim saat ditemui di kawasan Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Lebih lanjut, Indonesia ternyata menduduki posisi ke-13 di Asia Pasifik untuk serangan ransomware dengan 14 serangan setiap harinya. Para dalang di balik ransomware, meminta uang tebusan kepada pengguna yang komputernya terinfeksi oleh malware tersebut.
Ransomware sendiri terus mengalami peningkatan pada tahun lalu. Dengan gaya serangan crypto-ransomware, serangannya mengalami peningkatan sebesar 35 persen dengan total sebanyak 362 ribu.
Ransomware tidak hanya menyerang PC. Pada tahun lalu, serangannya telah menyebar luas hingga ke smartphone, sistem Mac dan Linux.
Advertisement
(Din/Ysl)