Bos Microsoft Indonesia: Berkarier, Belajar dari Filosofi Bambu

Kisah inspiratif President of Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro, dalam perjalanan kariernya.

oleh Corry AnestiaJeko I. R. diperbarui 03 Jun 2016, 13:50 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2016, 13:50 WIB
President of Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro
President of Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro. (Doc: Microsofot APAC)

Liputan6.com, Jakarta - Hampir empat tahun, tepatnya pada 2012, Andreas Diantoro dipinang Microsoft untuk menjadi President Microsoft Indonesia. 

Pencapaian ini tentu bukan tanpa kerja keras. Andreas telah melalui banyak pengalaman yang mengantarkannya pada posisi sekarang ini. 

Pada acara Insipirato di SCTV Tower, Kamis (2/6/2016) kemarin, pria asal Yogyakarta berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya yang berangkat dari sebuah cita-cita. Saat di bangku SMA, Andreas terpilih menjadi perwakilan untuk Pelatnas di tingkat ASEAN.

"Dulu, yang saya pikirkan hanya main basket, karena itu hobi saya satu-satunya. Cita-cita saya adalah menjadi pemain basket nasional RI," ungkapnya.

Andreas tinggal di Yogyakarta hingga berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM). Setelah itu ia pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya karena DO (drop out) dari UGM. 

"Quote yang saya suka adalah focus on the journey, not arriving in certain destination. Itu adalah prinsip pertama dalam kita menjalani hidup.

Tercatat, Andreas berhasil mendapat gelar Sarjana Business Administration Marketing dari University of Iowa pada 1990 dan gelar Master Business Administration Management dari University of Western Illinois.  

Kerja keras dan kesabaran mengantarkan Andreas sebagai Direktur Utama Hewlett Packard (HP), perusahaan komputer AS, untuk Indonesia di usia 31 tahun pada 1998.

"Saat itu Indonesia mengalami krisis moneter. Setiap krisis pasti selalu ada kesempatan dan itu sudah saya buktikan. Setelah 11 tahun di HP, saya akhirnya diajak Dell untuk mengurus bisnis di 23 negara di Asia Selatan," jelasnya. 

Andreas mengingat filosofi yang didapat ayahnya dan menjadi inspirasi dalam perjalanan kariernya, yakni filosofi bambu. 

"Sepucuk bambu perlu waktu lama sekali untuk keluar dari tanah. Untuk dapat tumbuh, akar bambu harus kuat. Artinya, kita harus sabar dan tak boleh instan dalam berkarier. Apabila sudah naik, daun akan melihat ke bawah. Tidak boleh sombong karena semua bagian dari bambu bisa berguna," jelasnya. 

Kini, Andreas menjalani perannya untuk mewujudkan visi dan misi bagi Indonesia. Salah satunya adalah menciptakan 1.000 technopreneur pada 2020.

"Saat saya masuk ke Microsoft Indonesia, saya berhadapan dengan banyak pemangku kepentingan. Saya melihat visi dan misi Microsoft Indonesia sangat sesuai dengan diri saya," ujar pria yang mendapat penghargaan sebagai Most Admired CEO pada 2013, 2014, dan 2015 ini.

(Jek/Cas/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya