Liputan6.com, Helsinki - Siapa yang tak kenal Clash of Clans (CoC)? Khusus bagi kalangan gamer, popularitas gim mobile tersebut sudah tak diragukan lagi dalam skala global.
Gim multiplayer dengan genre strategi ini bahkan telah dimainkan jutaan gamer dari berbagai kalangan dan usia.
Pamor Clash of Clans di kancah gim internasional tentu bukan tanpa usaha. Adalah Supercell, developer asal Finlandia yang rupanya memulai penggarapan CoC dari 0 hingga sukses seperti sekarang.
Advertisement
Baca Juga
Pencapaian Supercell kini rupanya berbuah manis. Ibarat peribahasa menuai apa yang mereka tanam, pada hari ini, Rabu (22/6/2016), Supercell resmi dipinang raksasa gim asal Tiongkok, Tencent.
Tencent membeli Supercell dengan nilai yang sangat besar, yakni US$ 8,6 miliar atau setara dengan Rp 114 triliun. Bahkan, akuisisi ini disebut-sebut sebagai akuisisi terbesar sampai-sampai 'mengalahkan' akuisisi Microsoft dengan Skype pada tahun 2011 lalu.
Lantas, bagaimana sepak terjang Supercell sebelum benar-benar diakuisisi Tencent sebelumnya?
Berawal menggarap gim ponsel hitam putih
Berawal menggarap gim ponsel hitam putih
Supercell kini digawangi oleh CEO Ilkka Paananen. Pria kelahiran Helsinki tersebut memang sudah lama berkecimpung di industri gim.
Awalnya, Paananen mendirikan sebuah developer gim kecil bernama Sumea di tahun 2000. Gim yang digarap juga begitu sederhana, mengingat saat itu ponsel yang digunakan tampil dalam layar monokrom atau hitam putih.
Pada tahun 2004, Sumea diakuisisi oleh Digital Chocolate. Paananen pun pindah ke perusahaan tersebut. Tahun itu merupakan tahun emas bagi Sumea karena mereka menjadi lebih besar. Karyawannya juga bertambah hingga ratusan. Namun sayang, pada 2010 Paananen dan lima eksekutif Sumea lainnya memutuskan keluar dan mendirikan Supercell.
"Kami justru memiliki visi akan sebuah perusahaan yang mengadopsi proses yang tidak lama, tidak ada birokrasi, di mana orang-orang terbaik bisa berkonsentrasi melakukan hal mereka. Menjadi kreatif, inovatif dalam menciptakan sebuah gim," ujar Paananen sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari laman Wired.
Supercell sendiri tidak merekrut banyak pegawai. Enam tahun berjalan hingga kini, mereka hanya memiliki jumlah 180 karyawan.
Advertisement
Penggarapan gim yang sederhana
Penggarapan gim yang sederhana
Paananen mengungkap, proses penggarapan gim di Supercell tergolong sederhana. "Kami selalu menetapkan deadline saat menggarap sebuah gim. Jika sudah jadi, gim ini akan diperlihatkan ke semua karyawan dan diuji coba dengan dimainkan. Kalau mereka suka, gim ini akan dikembangkan lebih lanjut. Jika tidak, ya akan diberhentikan," ia melanjutkan.
Yang lucu, jika penggarapan gim berhenti karena tidak mendapatkan respon positif, tim Supercell malah merayakannya dengan membuka botol sampanye.
"Ini semacam 'simbol' yang mengartikan bahwa kami tidak merayakan kegagalan. Namun lebih ke belajar bagaimana kami harus improve dari kegagalan tersebut," Paananen menambahkan.
Lahirnya Clash of Clans
Supercell tidak langsung terkenal begitu saja saat didirikan. Clash of Clans bahkan bukan gim pertama yang mereka garap.
Pada tahun 2011, mereka merilis gim multiplayer "Gunshine" di Facebook. Namun sayang, Gunshine dinilai terlalu sulit untuk dimainkan dan kurang menarik minat.
Gunshine akhirnya gugur dan saat itu Paananen hampir hilang harapan. Padahal, ia memiliki tim dengan anggota berpengalaman menciptakan gim bagus.
Setelah memutar otak, akhirnya pada 2012 Paananen dan tim menggarap lima gim. Setelah diuji coba, tiga gim dinilai kurang memuaskan. Nah, dua diantaranya berpotensi untuk dirilis ke perangkat iOS dan Android. Keduanya adalah Clash of Clans dan Hay Day.
"Saat itu kami memang memutuskan merilis ke sistem operasi tersebut (iOS dan Android, red.). Di tahun 2011, ada 472 juta smartphone terjual. Di 2014, penjualan smartphone menyentuh angka 1,24 miliar. Kami terus yakin bahwa gim-gim yang kami buat memang ekslusif untuk smartphone," ucapnya.
Kesuksesan Hay Day dan Clash of Clans
Kesuksesan Hay Day dan Clash of Clans
Kedua gim tersebut mendulang sukses yang amat besar. Apalagi Clash of Clans. Meski gratis, Supercell menghadirkan konten In-App Purchases agar tetap mendapatkan revenue.
Sampai-sampai, ada gamer yang rela menghabiskan uang 1.600 Poundsterling tiap bulannya demi membeli In-App Purchases di gim ini.
Selain Clash of Clans, beberapa gim populer yang kini dimainkan adalah Boom Beach dan seri 'penerus' Clash of Clans yaitu Clash Royale.
Kesuksesan produk Supercell nyatanya dilirik banyak raksasa teknologi. Beruntung, Tencent mampu meminang Supercell dengan nilai yang tak main-main.
Paananen mengatakan, bisa saja Supercell dimiliki Tencent secara privat. "Ini cocok dengan kultur unik kami. Lebih baik seperti ini daripada menjadi perusahaan publik yang mendapat tekanan dari pasar finansial untuk berpikir dalam jangka pendek," pungkas Paananen.
(Jek/Ysl)
Advertisement