ProCodeCG Bandung dan Kiprahnya Mendahului Rencana Menkominfo

Bicara soal coding, ternyata sudah ada pihak yang melakukan secara mandiri aktivitas serupa yang diwacanakan Menkominfo.

oleh Muhammad Sufyan Abdurrahman diperbarui 18 Agu 2016, 11:38 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2016, 11:38 WIB
Anak-anak antusias mengikuti ProCodeCG Kid Reguler Coding Class di Bandung Creative City Forum, belum lama ini. Kredit: ProcedeCG
Anak-anak antusias mengikuti ProCodeCG Kid Reguler Coding Class di Bandung Creative City Forum, belum lama ini. Kredit: ProcedeCG

Liputan6.com, Jakarta - Menkominfo Rudiantara pertama kali melontarkan wacana coding masuk kurikulum sekolah pada November 2015. Kemudian sekitar dua pekan lalu pada gelaran 1.000 Startup Digital di Yogyakarta, pria yang akrab disapa Chief RA tersebut kembali menegaskan hal tersebut.

Bicara soal coding, ternyata sudah ada pihak yang melakukan secara mandiri aktivitas serupa yang diwacanakan Chief RA sejak September 2014 lalu. Dialah Marisa Paryasto, penggagas sekaligus pengelola ProCodeCG, sebuah lembaga independen yang relatif nirlaba dari kota Bandung, Jawa Barat.

Setiap pekannya ProCodeCG konsisten menangani empat kegiatan pemrograman yakni ProCodeCG Kid Reguler Coding Class (kelas reguler untuk anak-anak), ProCodeCG Kids Coding Camp (kelas liburan untuk anak-anak), ProCodeCG Coding Mom (kelas untuk ibu-ibu), dan CodeMeetUp (kelas berbagi untuk semua khalayak).

Hingga saat ini sudah hampir 200 anak di kelas reguler mengantongi sertifikasi pada bidang Algorithm & Data Structure, Game Programming, Web Programming, Application Programming, Crypto Programming, dan Basic Hardware Programming.

Pencapaian itu belum termasuk ibu-ibu yang lebih percaya diri serta komunitas yang kian berisi setelah kelas berbagi intens dilaksanakan.

Menurut Marisa, yang merupakan doktor di bidang Teknik Elektro ini, inisiatif mendirikan ProCodeCG bermula dari keprihatinan dirinya melihat banyak perusahaan kesulitan merekrut programmer andal, bahkan ada perusahaan yang sampai harus mendatangkan programmer luar negeri.

Di sisi lain ia juga melihat mulai banyak perempuan menyenangi teknologi termasuk pemrograman, sehingga perlu pelatihan supaya mereka kian mandiri dan mungkin menjadi programmer paruh waktu dari rumah seraya tetap mengasuh anak.

"Saya juga terobsesi menciptakan Indonesia lebih baik melalui pendidikan anak yang baik. Karena bidang saya teknologi informasi komunikasi, maka inilah kontribusi saya," kata Marisa kepada Tekno Liputan6.com di Bandung, Rabu (17/8/2016).

Marisa mendirikan ProCodeCG bersama koleganya yang juga programmer, Prayudi Utomo. Mereka menggandeng sejumlah instruktur antara lain Zaki Adzani Sutrisno, Syahna Alifya Saffanah, dan Muhammad Kautsar Hafizhan.

Pembina kegiatan ini sendiri adalah tokoh senior TIK Indonesia, Budi Rahardjo, Tika Y. Sukarna (doktor di bidang Bioinformatic dan Data Science), serta Ardya Dipta Nandaviri (alumnus Robotics Systems Development, Carnegie Mellon University).

"Jadwal kelas reguler anak tiap Sabtu jam 9-11, (jadwal, red.) Coding Camp tiap liburan sekolah, (jadwal, red.) Coding Mum insidental mengacu jadwal ibu-ibu, sedangkan (jadwal, red.) CodeMeetUp tiap Senin jam 13-15," tutur Marisa, seraya menyebut beberapa lokasi kegiatan tersebut yakni Bandung Creative City Forum, Cibeunying Timur dan Telkomsel Digilife Dago.

(Msu/Why)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya