Liputan6.com, Jakarta - Google ikut memperingati ulang tahun ke-132 pahlawan wanita Indonesia, Dewi Sartika melalui Google Doodle, Minggu (4/12/2016). Sosok pahlawan yang satu ini namanya kerap dijadikan sebagai nama jalan di berbagai kota.
Tahukah kamu, Dewi Sartika merupakan salah satu tokoh perintis pendidikan kaum perempuan di Indonesia. Ia lahir di Cicalengka, Bandung, 4 Desember 1884. Pada 1966, pemerintah Indonesia mencatatkan namanya sebagai pahlawan nasional.
Advertisement
Baca Juga
Informasi yang dihimpun Tekno Liputan6.com dari berbagai sumber, Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda ternama, yakni R Rangga Somanegara dan R.A Rajapermas. Ayahnya merupakan seorang pejuang kemerdekaan yang dibuang ke Pulau Ternate oleh pemerintah Hindia Belanda hingga meninggal dunia di tanah tempatnya dihukum.
Lahir dari keluarga priyayi membuat Dewi Sartika bisa bersekolah, meski saat itu dianggap melanggar adat. Maklum, perempuan di saat itu memang tak berhak mengenyam bangku pendidikan.
Sejak kecil Dewi Sartika memang memiliki perhatian pada dunia pendidikan. Ia sering bermain peran sebagai guru meski usianya masih 10 tahun. Saat itu Dewi Sartika mengajar teman-teman sebayanya membaca tulis.
Setelah ayahnya meninggal, ia dirawat oleh pamannya di Cicalengka. Dari pamannya itulah Dewi Sartika banyak mendapatkan pendidikan tentang kesundaan. Dari Cicalengka, ia kemudian pindah ke Bandung dan pada Januari 1904, ia membuat sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Murid yang diterima seluruhnya adalah perempuan yang diajari berhitung, membaca, menulis, menjahit, hingga pelajaran agama.
Sekolah tersebut dipindahkan ke Jalan Ciguriang dan berubah namanya menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada 1910 dan juga menambahkan mata pelajaran. Pada 1912, sudah ada sembilan sekolah serupa yang tersebar di seluruh Jawa Barat. Kemudian terus berkembang hingga satu sekolah tiap kota maupun kabupaten.
Karena didirikan oleh Dewi Sartika, tahun 1929 sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Dewi Sartika mendapat dukungan dari sang suami, Raden Kanduruan Agah Suriawinata untuk mewujudkan perjuangannya.
Tahun 1947, yakni di usianya yang ke-62, Dewi Sartika pun berpulang ke pangkuan Tuhan YME. Karena jasa-jasa di bidang pendidikan kaum perempuan ini, pemerintah Indonesia memberinya gelar pahlawan nasional.
(Tin/Ysl)