Tentang Larangan Imigran di AS, Karyawan Twitter Kumpulkan Donasi

Karyawan Twitter kumpulkan donasi US$ 1 juta mendukung organisasi American Civil Liberties Union demi menentang kebijakan larangan imigran.

oleh Corry Anestia diperbarui 03 Feb 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2017, 16:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Karyawan Twitter telah mengumpulkan donasi sebesar US$ 1 juta atau sekitar Rp 13,3 miliar demi mendukung organisasi American Civil Liberties Union (ACLU) dalam menentang kebijakan larangan imigran di Amerika Serikat (AS).

Donasi yang terkumpul memang tak resmi mengatasnamakan Twitter sebagai perusahaan korporat. Pasalnya, donasi ini dibuat oleh sejumlah karyawan jejaring microblogging tersebut.

Secara tak langsung, Twitter dapat dikatakan sebagai pihak oposisi kebijakan baru Presiden Donald Trump tersebut. Twitter menyusul jejak perusahaan teknologi terkemuka lainnya yang menentang kebijakan larangan imigran. 

Sejauh ini, ACLU telah mengumpulkan donasi sebesar US$ 24 juta via online dari Google, Uber, dan Lyft dalam kurun waktu singkat. Sebagamana dikutip dari Tech Crunch, Jumat (3/2/2017), ribuan karyawan Twitter mendonasikan US$ 530 ribu, yang kemudian ditambahkan dari kocek CEO Jack Dorsey dan Executive Chairman Omid Kordestani. 

Sebelumnya, CEO Airbnb Brian Chesky berujar bahwa pihaknya siamp memberikan bantuan layanan tinggal gratis bagi siapapun yang terkena dampak dari kebijakan baru Presiden Trump tersebut.

<blockquote class="twitter-tweet" data-lang="en"><p lang="en" dir="ltr">Airbnb is providing free housing to refugees and anyone not allowed in the US. Stayed tuned for more, contact me if urgent need for housing</p>&mdash; Brian Chesky (@bchesky) <a href="https://twitter.com/bchesky/status/825517729251684352">January 29, 2017</a></blockquote>
<script async src="//platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script>

Menurut laporan terbaru, raksasa teknologi seperti Google, Apple, Microsoft, Facebook, sedang mengajukan surat keberatan kepada Presiden Trump terkait kebijakan larangan imigran di AS.

(Cas/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya