Liputan6.com, Silicon Valley - Protes terhadap kebijakan anti-imigran yang dicanangkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, masih berlanjut. Kali ini, karyawan dari sejumlah kantor Google di dunia, termasuk kantor pusat Googleplex di Silicon Valley, AS, menggelar demonstrasi.
Menurut catatan Business Insider, Selasa (31/1/2017), para karyawan Google melakukan mogok kerja dan menggelar demonstrasi menentang kebijakan anti-imigran Donald Trump yang menuai kritik dari berbagai pihak.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan data dari Recode, setidaknya ada seribu karyawan Google berunjuk rasa di kantor pusat Google di Mountain View, AS, pada Senin sore, 30 Januari 2017, waktu setempat. Google memperkirakan lebih dari dua ribu karyawan berkumpul di delapan kampus perusahaan termasuk Mountain View, San Francisco, Boulder, Seattle dan New York. Unjuk rasa itu diorganisir oleh karyawan dan didukung oleh Google.
Para demonstran membawa banner dan menyuarakan keberatan mereka. "Anda membangun tembok, kami akan meruntuhkannya," adalah salah satu seruan dari demonstran.
Para karyawan Google membagikan foto-foto demonstrasi di Twitter dengan hashtag #GooglersUnite. Para eksekutif seperti Chief Executive Officer (CEO) Nest, Marian Fawaz, juga turut berunjuk rasa.
So proud that I work for @Google right now. Fight the Muslim Ban. #googlersunite pic.twitter.com/U9uQ69FZV1
— Rachel Been (@rachelbeen) January 30, 2017
Google adalah salah satu perusahaan yang mengecam kebijakan anti-imigran Trump. CEO Google, Sundar Pichai, pada pekan lalu melalui sebuah memo internal menyampaikan kekesalannya terhadap kebijakan eksekutif Trump tersebut.
Selain itu, salah satu pendiri Google, Sergey Brin, diketahui mengikuti demonstrasi di San Francisco International Airport, untuk menyuarakan keberatannya secara personal.
(Din/Ysl)