Bos Microsoft Indonesia Berbagi Pandangan Soal Bill Gates

President Director Microsoft Andreas Diantoro berbagi pengalamannya di acara Emtek Goes To Campus 2017

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 06 Apr 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2017, 17:00 WIB
Bos Microsoft Indonesia Berbagi Pengalaman di Emtek Goes To Campus
CEO Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro berbagi pengalamannya saat mengisi acara CEO Carrer Talk di Kampus Negeri Universitas Semarang, Jawa Tengah, Rabu (5/4). (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Semarang - EMTEK Goes To Campus (EGTC) 2017 kembali digelar. Seperti tahun sebelumnya, EGTC akan diselenggarakan di lima kota Indonesia, dan Semarang terpilih sebagai kota perdana untuk penyelenggaraan acara ini.

Sama seperti tahun lalu, EGTC 2017 juga dihadiri oleh sejumlah pembicara kenamaan. Salah satu pembicara yang turut berpartisipasi pada tahun ini adalah Presiden Director Microsoft Indonesia, Andreas Diantoro.

Tim Liputan6.com yang hadir dalam acara tersebut pun berkesempatan mewancarai pria yang telah bergabung dengan Microsoft sejak 2012 tersebut. Kiprah Bill Gates di awal pendirian Microsoft menjadi salah satu topi pembicaraan.

Seperti diketahui, orang terkaya di dunia itu sebenarnya tak pernah menyelesaikan studi di bangku kuliah. Ia memilih keluar dan memulai bisnis Microsoft. Kisah itu kemudian kerap menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tak melulu harus mengenyam pendidikan tinggi.

Namun Andreas ternyata tak sepenuhnya setuju dengan pandangan tersebut. Menurutnya, saat Gates membangun Microsoft pada 1975, kompetisi bisnis belum seperti saat ini. Akses informasi yang begitu cepat ditunjang jumlah anak muda yang memiliki kemampuan tinggi membuat kompetisi kian sulit.

"Cita-cita menjadi Bill Gates memang banyak, tapi untuk mewujudkan hal tersebut saat ini sebenarnya makin susah," ujarnya ditemui di sela-sela acara EGTC 2017 di Semarang, Rabu (5/4/2017) kemarin. Ia menilai pendidikan formal memiliki peranan penting karena merupakan pondasi dasar untuk melakukan praktek di dunia nyata.

"Melalui pendidikan formal, kita juga bisa membangun relasi dengan teman-teman di sekitar. Siapa tahun salah satu dari teman-teman itu akan menjadi rekan bisnis kita," ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di Amerika Serikat itu.

Selain itu, ia juga menyambut baik kehadiran banyak anak muda yang memilih untuk membangun startup selepas lulus kuliah. Hanya dengan semakin menjamurnya startup, para pelaku dituntut untuk dapat menunjukkan kemampuannya.

Menurut Andreas, startup saat ini tak harus berpikir "out of the box", tapi berani untuk berpikir "without a box". Dengan begitu, startup dapat dilirik investor. "Kami juga ingin membantu Nawacita Pak Jokowi dan gerakan 1.000 technoprenuer," lanjutnya.

Microsoft sendiri memiliki program bernama BizSpark yang ditujukan untuk perusahaan rintisan. Program ini memungkinkan startup yang berumur di bawah tiga tahun memiliki akses teknologi dan layanan Microsoft secara gratis selama tiga tahun.

Penasaran seperti apa tips dan pengalaman lain Andreas yang kerap mendapat predikat sebagai CEO terbaik? Kamu dapat melihat wawancara lengkapnya berikut ini. 

(Dam/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya