Vertu Ternyata Cuma 'Mati Suri' dan Siapkan Layanan Baru?

Walau bangkrut, Vertu sepertinya akan mencoba kembali bangkit dengan layanan baru. Apa yang akan dipersiapkan?

oleh Jeko I. R. diperbarui 14 Jul 2017, 11:14 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2017, 11:14 WIB
Perusahaan Vertu
Perusahaan Vertu

Liputan6.com, London - Vendor smartphone mewah Vertu, memilih gulung tikar lantaran perusahaan bangkrut. Kebangkrutan pemilik merek mewah asal Inggris ini tak lain karena gagal membayar utang.

Meski demikian, status perusahan sepertinya cuma ‘mati suri’. Sebab, Vertu berencana akan mengembangkan layanan baru yang sampai kini belum bisa diumumkan.

Pada situs web resminya, Vertu mengumumkan bahwa memang mereka telah menutup (suspend) semua layanan, termasuk penjualan smartphone. Namun, mereka akan fokus untuk mengembangkan layanan generasi terbaru, eksklusif dibuat untuk para pelanggan setianya. Perusahaan menyebut, layanan itu akan diluncurkan dalam waktu dekat.

“Kami berencana untuk meluncurkan layanan-layanan baru per September 2017. Kami pun akan memperbarui laman situs web perusahaan saat mendekati peluncuran layanan baru,” tulis Vertu dalam pernyataannya di situs web sebagaimana dikutip Business Insider, Jumat (14/7/2017).

Untuk diketahui, total utang Vertu sebanyak 128 juta poundsterling (US$ 165 juta) atau sekitar Rp 2,1 triliun. Sementara, pemilik Vertu hanya mampu membayar 1,9 poundsterling (US$ 2,4 juta) atau sekitar Rp 32 miliar.

Vertu dibeli oleh pebisnis bernama Murat Hakan Uzan pada Maret 2017. Uzan sebelumnya merupakan seorang pengusaha terkenal di Turki. Kini, Uzan tinggal di Paris dan disebut-sebut akan mempertahankan kepemilikan merek, teknologi, dan lisensi desain Vertu.

Laporan yang sama mengatakan, menurut orang terdekatnya, Uzan bersikeras menghidupkan kembali perusahaannya di masa depan. Kemungkinan besar aspek yang membuat Vertu unik bisa dikembalikan.

Berdasarkan laporan dari The Financial Times dan The Telegraph, proses manufaktur Vertu akan berhenti total dan membuat 200 orang kehilangan pekerjaan.

Mereka yang kehilangan pekerjaan di antaranya adalah tim pengrajin yang membesut smartphone Vertu menggunakan bahan kulit burung unta, emas, dan permata. Proses pembuatannya yang manual dengan tangan menjadikan smartphone mewah itu dijual dengan harga Rp 400 jutaan.

Vertu berdiri pada 1998 dan mulanya perusahaan ini adalah bagian dari Nokia. Vertu kemudian dijual pada 2012 kepada perusahaan pribadi EQT.

Lalu, pada 2015 dijual kepada perusahaan Tiongkok Godin Holding. Uzan kemudian membeli Vertu dan di tangannya pula, Vertu mengalami kebangkrutan.

(Jek/Isk)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya