Pemblokiran Tagar LGBT di Twitter Picu Kontroversi

Tagar #biseksual secara mendadak diblokir Twitter. Hal ini memicu kontroversi bagi sebagian pengguna yang merupakan kalangan LGBT.

oleh Jeko I. R. diperbarui 07 Nov 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2017, 10:00 WIB
Pernikahan Sesama Jenis Dilegalkan, Pendukung LGBT Berpesta di Berlin
Suasana perayaan dilegalkannya pernikahan LGBT dalam parade ‘Gay Pride’ di Berlin, Jerman, Sabtu (22/7). Prancis, Denmark, Spanyol dan Inggris adalah negara yang lebih dulu dilegalkannya pernikahan sesama jenis sebelum Jerman. (AP/Markus Schreiber)

Liputan6.com, California - Twitter kembali memicu kontroversi akibat pemblokiran tagar biseksual yang baru saja terjadi pada Senin (6/11/2017).

Dengan demikian, pengguna tidak akan menemukan hasil pencarian berupa cuitan dan lain dengan tagar #bisexual. Seperti diketahui, biseksual adalah salah satu preferensi seksual yang termasuk dalam LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).

Seperti dilansir dari Engadget, Selasa (7/11/2017), Twitter mengaku kasus tersebut terjadi akibat kesalahan teknis. Media sosial microblogging ini pun meminta maaf karena telah memicu kontroversi sebagian pengguna yang merupakan kalangan LGBT.

"Kami baru saja menemukan kesalahan dalam pencarian untuk beberapa konteks (biseksual, salah satunya). Kami minta maaf atas kejadian ini, kami akan mengatasinya secepat mungkin," tulis Twitter dalam akun @TwitterSupport.

Apa yang terjadi di Twitter, sangat kontras dengan peraturan perusahaan yang dipimpin CEO Jack Dorsey tersebut pada 2016 lalu.

Waktu itu, Twitter memberlakukan cuti keluarga selama lima bulan untuk semua pasangan, termasuk pasangan sesama jenis atau LGBT.

Cuti Karyawan LGBT di Twitter

Twitter
Logo Twitter (about.twitter.com)

Seperti dilaporkan dari laman Fortune, alasan Twitter memberikan cuti dengan jangka waktu yang sangat lama--khususnya untuk pasangan LGBT--karena struktur keluarga kini sudah berubah, yang mana tugas seorang kepala keluarga diemban tak hanya oleh kalangan pria.

Jeffrey Siminoff, VP Inclusion and Diversity Twitter, mengatakan perubahan metode cuti ini ditujukan untuk mengubah persepsi karyawan Twitter terkait cuti panjang.

"Mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, kedua orangtua mau tak mau harus mengurus sang bayi sebagai satu tim. Dengan diperpanjangnya periode cuti keluarga, kami berharap mereka bisa lebih fokus membangun keluarga yang lebih baik," kata Siminoff.

Twitter bukanlah perusahaan pertama yang memberlakukan cuti keluarga dengan periode yang lama. Sebelumnya, perusahaan teknologi seperti Etsy, Facebook dan Change.org pun memberlakukan periode cuti keluarga yang panjang demi menyejahterakan keluarganya di masa mendatang.

(Jek/Cas)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya