Hacker Merajalela, AS dan Inggris Peringatkan Serangan Siber Global

Diketahui, serangan siber global tersebut telah dilakukan sejak 2015 dan dapat meningkat seiring serangan yang terjadi.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Apr 2018, 20:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2018, 20:30 WIB
ISIS Ancam Serangan Siber Besar-besaran ke Inggris
Bahkan, Menteri Keuangan Inggris, George Osborne, tidak membantah kemungkinan ISIS menyerang Inggris di sektor siber

Liputan6.com, Moskow - Amerika Serikat (AS) dan Inggris memeringatkan potensi serangan siber global yang menargetkan router, pemancar, dan perlengkapan jaringan lainnya. Peringatan ini dikeluarkan demi  membantu target hacker untuk melindungi diri.

"Kami tak punya pandangan secara mendalam terhadap cakupan serangan itu," kata pejabat keamanan siber Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS, Jeanette Manfra.

Kedua negara adidaya ini menyalahkan dukungan pemerintah Rusia kepada hacker yang bekerja untuk agen pemerintah, pebisnis, dan operator infrastruktur penting. 

Peringatan juga diklaim tidak berhubungan dengan dugaan serangan senjata kimia di Suriah.

Diwartakan Gulf News, Kremlin tak merespons tuduhan serangan siber itu. Sementara itu, Moskow membantah tuduhan telah melakukan serangan siber ke AS dan negara lainnya.

Meski begitu, peringatan yang dikeluarkan Senin 16 April 2017 itu tetap menuai kritik. Beberapa pakar keamanan siber swasta mengkritik pemerintah AS yang terkesan lamban merilis informasi.

Seorang pejabat senior AS, yang enggan disebut namanya, mengatakan bahwa serangan siber Rusia dalam beberapa tahun terakhir memiliki keunikan. "Serangan ini lebih sulit dilacak dan dideteksi," kata pejabat itu.

Washington dan Inggris yang menerbitkan peringatan bersama ini juga mengatakan, serangan siber global tersebut telah dilakukan sejak 2015 dan dapat meningkat seiring serangan yang terjadi.

 

Rusia dan Virus NotPetya

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Kecurigaan serangan siber itu sebetulnya telah muncul dua bulan setelah AS dan Inggris menuduh Rusia melakukan serangan virus NotPetya pada 2017.

Serangan virus NotPetya berdampak pada lumpuhnya sebagian infrastruktur Ukraina dan merusak komputer seluruh dunia.

Koordinator Keamanan Siber Gedung Putih, Rob Joyce, mengatakan, serangan itu memengaruhi berbagai organisasi, termasuk penyedia layanan internet dan perusahaan swasta.

"Ketika kami melihat serangan maya yang berbahaya, baik itu dari Kremlin atau negara lain, kami akan menyerang balik," pungkas Rob.

 

Jerman Tuding Rusia Sebagai Dalang Serangan Siber

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Setelah terjadi serangan siber ke sistem pemerintah Jerman pada akhir Februari 2018, sekarang Jerman mulai berani menyebut nama Rusia sebagai pihak yang bertanggung jawab.

Keterlibatan Rusia diungkapkan sendiri oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Heiko Maas.

"Kami sempat mendapat serangan di Kementerian Luar Negeri, serangan itu kami asumsi berasal dari Rusia," ucap Maas, seperti dilansir Reuters, Senin (16/4/2018).

Sebelumnya, Jerman digempur serangan siber pada akhir Februari 2018. Serangan siber tersebut terbilang kuat dan berlangsung terus-terusan, bahkan berhasil menembus jaringan komputer Kementerian Luar Negeri Jerman. Alhasil, para pegawai pun harus bekerja keras menanggulangi efek serangan.

Pihak kementerian pada awalnya menolak memberikan komentar, tapi media Jerman dan pakar keamanan menuding kelompok hacker Rusia sebagai dalang dari serangan.

Sementara itu juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyanggah tudingan itu.

"Kami dengan menyesal mencatat bahwa setiap serangan hacking di dunia pasti dihubungkan dengan hacker Rusia, tapi tiap kali menuduh mereka tidak punya bukti nyata," ucap Peskov.

Kelompok Rusia yang dituduh adalah Fancy Bear yang memang sering dituding melakukan serangan siber dengan motif politik terhadap banyak negara. 

Reporter: Maulana Kautsar

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya