5 Penelitian Sains Paling Lama di Dunia, Ada yang Sampai 400 Tahun

Proses penelitian ini tentu membutuhkan waktu. Tak jarang, beberapa penelitian bahkan memakan waktu yang sangat lama.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2018, 19:30 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2018, 19:30 WIB
Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian seringkali dideskripsikan sebagai suatu proses investigasi yang dilakukan dengan aktif, tekun, dan sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta. 

Proses penelitian ini tentu membutuhkan waktu. Tak jarang, beberapa penelitian bahkan memakan waktu yang sangat lama. Apa saja?

Berikut lima (5) penelitian yang dirangkum dari National Geographic Indonesia, Senin (2/7/2018).

1. 85 Tahun untuk Percobaan Viskositas

Percobaan dimulai pada 1927 oleh Profesor Thomas Parnell dari Universitas Queensland di Brisbane, Australia, untuk menunjukkan kepada mahasiswanya bahwa beberapa zat yang terlihat padat sebenarnya memiliki tingkat visk yang tinggi.

Berpuluh-tahun lamanya, ia mengukur aliran dari sejumlah bahan cair dengan tingkat kekentalan tinggi (hampir menyerupai substansi padat) yang ditempatkan dalam suhu ruang.

Untuk menunggu aliran yang sangat lambat itu, tentu dibutuhkan waktu hingga tahunan untuk satu buah tetesan.

Cairan itu mengalir melalui corong dan menetes, sekitar satu tetes tiap enam hingga 12 tahun lamanya.

 

2. 90 Tahun untuk Mengidentifikasi Jenius

Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Lewis Terman, ahli psikologi dari Stanford University, California mengawali sebuah studi terpanjang dalam perkembangan kepribadian manusia.

Pada tahun 1921, ia menelusuri sekitar 1500 anak jenius berbakat. Lalu mulailah dikembangkan studi terhadap mereka, salah satu studi yang pertama di dunia, hingga sembilan dekade ke depan.

Sekarang ini, diperoleh catatan mendalam tentang perkembangan manusia, khususnya faktor para jenius.

Tujuan utama Terman adalah menyanggah asumsi umum bahwa anak-anak berbakat tidak mampu bersosialisasi.

3. 170 tahun untuk Menguji Kandungan Pupuk

Peneliti Laboratorium
Ilustrasi Foto Peneliti (iStockphoto)

Riset yang menguji berbagai efek pupuk buatan dan pupuk organik pada produksi tanaman sejak 1843 adalah salah satu contoh bukti, bahwa riset jangka panjang memerlukan pengumpulan data yang berlimpah.

Penelitian bermula dari John Lawes hingga Andy Macdonald yang mewarisi data pada 2008.

Riset agrikultural ini dilakukan di suatu desa perkebunan di utara London, Inggris bernama Rothamsted.

Dari data yang 'dituai', sejauh ini pupuk nitrogen punya pengaruh terkuat, diikuti dengan fosfor.

Panenan data Rothamsted telah mencapai 300.000 tanaman yang diawetkan serta sampel tanah.

Pada 2003, ilmuwan mengekstraksi DNA dua patogen gandum, dari data yang diambil di 1843 dan menemukan efek dominan emisi sulfurdioksida oleh industri.

4. 170 Tahun Memantau Gunung Vesuvius

Erupsi Gunung Vesuvius pada masa kuno diduga oleh para ilmuwan menghancurkan sejumlah peradaban sekitar (Wikimedia Commons)
Erupsi Gunung Vesuvius pada masa kuno diduga oleh para ilmuwan menghancurkan sejumlah peradaban sekitar (Wikimedia Commons)

Konsistensi aktivitas Gunung Vesuvius selama ribuan tahun telah menyebabkan gunung ini berada di tangga teratas sebagai predikat gunung berapi, yang dianggap berbahaya.

Erupsi terakhir Gunung Vesuvius pada 79M memusnahkan dan mengubur Pompeii, sebuah kota zaman Romawi kuno.

Observatorium Vesuvius merupakan stasiun pengamatan vulkanologi tertua di dunia.

Peneliti secara terus-menerus memantau dari dekat gunung tersebut sejak tahun 1841. Sejak saat itu pula, Observatorium Vesuvius mencatat semua perubahan seismik dan gejala lainnya untuk mensinyalir apabila ada bencana mendekat.

5. 400 Tahun Menghitung Titik Matahari

Ilustrasi badai Matahari
Ilustrasi badai Matahari (NASA's Goddard Space Flight Center/Genna Duberstein).

Para astronom mulai merekam kemunculan 'bintik' matahari sejak teleskop diciptakan 400 tahun lalu. Para pengamat awal tentunya belum punya data mengenai titik hitam di permukaan Matahari itu.

Kemudian pada tahun 1848, Rudolf Wolf, seorang astronom Swiss membuat kalkulasi sistematis yang diadopsi sebagai formula dan digunakan secara internasional dalam menghitung titik matahari.

Lalu pada 2011, Frédéric Clette mulai mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil foto dan gambar dari 500 orang sejak tahun 1700 dari sekurang-kurangnya 90 pengamat.

Reporter: Andry Trysandy Mahany

Sumber: Dream.co.id

(Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya