Liputan6.com, Washington DC: Fosil tetes hujan beberapa juta tahun lalu berhasil ditemukan peneliti. Fosil tetes hujan itu digunakan untuk mengungkapkan keadaan atmosfer di awal kehidupan bumi.
Media TGDaily mewartakan, Kamis (29/3), tetes hujan yang sempat membasahi bumi pada antara dua dan empat miliar tahun lalu itu mengungkapkan jika matahari membakar hanya sebanyak 30 persen bumi. Berdasarkan penelitian itu, ternyata atmosfer awal Bumi telah penuh dengan gas rumah kaca.
Jika jejak terbesar terbentuk oleh tetesan air hujan terbesar dari tekanan atmosfir 2,7 miliar tahun yang lalu. Namun hujan terbesar sangat langka di masa itu sehingga tekanan udara sama atau bahkan lebih rendah daripada saat ini. Hal itu menyebabkan penumpukan gas rumah kaca di atmosfer, membuat bumi lebih hangat.
"Sinar matahari sedikit redup pada saat itu. Jika panasnya matahari hanya sebesar itu, maka saat ini bumi akan beku," ungkap Sanjoy Som, peneliti l di Pusat Penelitian NASA.
Ia menambahkan, menetapkan batas pada tekanan atmosfer adalah langkah pertama menuju memahami apa komposisi atmosfer saat itu.
Hari ini, tetesan air hujan yang jatuh pada ukuran sekitar 30 kaki per detik. Namun, air hujan di masa itu lebih tebal, tetesannya jatuh lebih lambat, dan meninggalkan jejak yang lebih kecil.(MEL)
Media TGDaily mewartakan, Kamis (29/3), tetes hujan yang sempat membasahi bumi pada antara dua dan empat miliar tahun lalu itu mengungkapkan jika matahari membakar hanya sebanyak 30 persen bumi. Berdasarkan penelitian itu, ternyata atmosfer awal Bumi telah penuh dengan gas rumah kaca.
Jika jejak terbesar terbentuk oleh tetesan air hujan terbesar dari tekanan atmosfir 2,7 miliar tahun yang lalu. Namun hujan terbesar sangat langka di masa itu sehingga tekanan udara sama atau bahkan lebih rendah daripada saat ini. Hal itu menyebabkan penumpukan gas rumah kaca di atmosfer, membuat bumi lebih hangat.
"Sinar matahari sedikit redup pada saat itu. Jika panasnya matahari hanya sebesar itu, maka saat ini bumi akan beku," ungkap Sanjoy Som, peneliti l di Pusat Penelitian NASA.
Ia menambahkan, menetapkan batas pada tekanan atmosfer adalah langkah pertama menuju memahami apa komposisi atmosfer saat itu.
Hari ini, tetesan air hujan yang jatuh pada ukuran sekitar 30 kaki per detik. Namun, air hujan di masa itu lebih tebal, tetesannya jatuh lebih lambat, dan meninggalkan jejak yang lebih kecil.(MEL)