Liputan6.com, Jakarta - Teknologi dan platform digital digaung-gaungkan dapat mengubah bisnis dari tradisional menjadi lebih modern dan hasilnya bisnis jadi lebih produktif.
Hal ini yang dirasakan oleh komunitas peternak bebek yang mulai mengubah cara beternak tradisional menjadi lebih modern berkat ikut dalam grup Facebook.
Advertisement
Baca Juga
Pasalnya, grup Facebook ini memuat banyak informasi dan pengetahuan mengenai cara beternak bebek yang benar.
Grup Facebook ini dibuat oleh Agni Amerta dan sang ayah Ardi Wisuku. Mengutip keterangan resmi Facebook, yang diterima Liputan6.com, Selasa (21/7/2020), grup Facebook bernama Komunitas Peternak Bebek Pelur & Pedaging Seluruh Indonesia (KPBP2SI) ini dibuat sejak 2016.
Tujuan dibuatnya grup ini adalah sebagai sarana pembelajaran, konsultasi sesama peternak, dan diskusi tentang budidaya bebek petelur dan pedaging.
Kini, anggota grup Facebook ini sudah mencapai lebih dari 190 ribu orang. Informasi yang dibagikan serta komunikasi yang saling terhubung diperkirakan menjadi alasan anggotanya tetap berada di dalam grup.
"Saat ini yang dibutuhkan peternak adalah informasi, terutama tentang perkembangan penyakit dancara menanggulanginya,” ujar Agni.
Dobrak Cara Beternak jadi Lebih Modern
Ardi pun menjelaskan, grup ini bertujuan untuk mendobrak cara beternak tradisional menjadi modern. Salah satu contohnya adalah, dulu peternak menggembalakan bebek di sawah, dan kini berubah menjadi di kandang. Begitu pun dengan penggunaan pakan bebek yang lebih berkualitas agar produksi lebih bagus.
Lewat grup Facebook pula, mitos-mitos soal beternak bebek yang tidak terbukti kebenarannya juga berhasil dipatahkan oleh para anggota grup.
“Jadi, tugas kita edukasi, mematahkan mitos-mitos yang lama itu. Akhirnya, mereka tertarik danp kemudian bergabung ke grup dan belajar bersama-sama. Mengubah cara beternak tradisional menjadi lebih modern," kata Ardi.
Terkait Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 rupanya juga berdampak pada para peternak bebek. Misalnya, adanya larangan menggelar acara adat seperti pernikahan dan arisan membuat penjualan telur asin menurun.
Namun, dengan komunikasi dan informasi yang tersebar di grup Facebook membuat para anggota tetap mengoptimalkan hasil ternak.
Dijelaskan Agni, berbagai solusi dan dukungan diciptakan, salah satunya membuat inovasi kerupuk telur asin. Tujuannya adalah menciptakanpermintaan dari level konsumen.
Namun, mengelola grup Facebook bukan hal mudah. Untuk itu Agni disiplin menjalankan aturan yang disepakati, salah satunya adalah larangan untuk berjualan.
Advertisement
Facebook Community Learning Labs
Untuk itu dirinya menerapkan filter pada unggahan agar suasana bisa lebih nyaman untuk berdiskusi. Agni dan KPBP2SI yang merupakan bagian dari Facebook Community Learning Labs (FCLL), menyiasati berlangsungnya diskusi dengan membagikan informasi bisnisseputar permintaan terhadap hasil ternak.
Selain diskusi di dalam grup, anggota grup Facebook juga kerap melakukan pertemuan langsung atau kopdar(kopi darat) untuk meningkatkan keakraban dan edukasi langsung.
“Tahun 2016, 80 persen peternak pemula itu gagal. Nah, sekarang hanya 20 persen. 80 persen sisanyasudah berhasil. Kadang, mereka juga share tentang hasil ternak mereka yang meningkat. Itu menjadi kebanggaan bagi kami," kata Agni.
Selama setahun terakhir, Facebook mempelajari bahwa banyak dari pemimpin komunitas yangmencari dukungan dan panduan dalam cara terbaik untuk membantu komunitasnya berkembang.
Melalui FCLL, Facebook menyediakan pengetahuan,keterampilan, alat, dan dukungan untuk membantu para pemimpin ini membangun komunitasnyadalam cara baru yang inovatif guna mempromosikan dampak positif dan jangka panjang.
(Tin/Why)