Liputan6.com, Jakarta - Lisensi Google untuk perangkat Huawei dilaporkan telah memasuki masa kadaluwarsa. Kondisi itu memunculkan spekulasi smartphone besutan Huawei yang rilis sebelum pembatasan bisnis oleh pemerintah Amerika Serikat ikut terimbas.
Kekhawatiran itu sempat diungkapkan oleh sejumlah pengguna perangkat Huawei yang menanyakannya melalui media sosial. Namun, Huawei memastikan perangkat yang rilis sebelum pembatasan bisnis tidak akan berpengaruh.
Dikutip dari Phone Arena, Rabu (19/8/2020), melalui akun Twitter-nya, Huawei mengatakan berakhirnya lisensi dari Google tidak akan berpengaruh pada perangkat yang sudah ada.
Advertisement
Baca Juga
"Kami akan tetap melanjutkan menggulirkan pemutakhiran keamanan dan software untuk perangkat kami, seperti yang biasanya kami lakukan," tulis akun Huawei Mobile beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, Huawei memang dilaporkan mulai serius mempertimbangkan Harmony OS besutannya untuk digunakan pada komputer, tablet, termasuk smartphone. Bahkan, perusahaan asal Tiongkok itu memproyeksikan Harmony OS dapat menjadi sistem operasi global di masa depan.
Laporan sebelumnya juga menyebut versi terbaru HarmonyOS akan diperkenalkan pada September tahun ini. Pada versi terbaru ini, sistem operasi tersebut ditujukan untuk penggunaan di komputer, smartwatch, hingga mobil.
Huawei Dikabarkan akan Setop Produksi Chipset Kirin Gara-Gara Tekanan AS
Di sisi lain, Huawei dikabarkan akan menghentikan produksi flagship chipset Kirin pada bulan depan. Informasi ini diberitakan oleh majalah keuangan Caixin pada akhir pekan lalu.
Dituliskan Caixin, penyebab Huawei akan menyetop produksi chipset Kirin adalah tekanan Amerika Serikat (AS) atas pertumbuhan bisnis perusahaan teknologi Tiongkok itu.
Mengutip laman Reuters, Senin (10/8/2020), tekanan AS kepada pemasok Huawei membuat divisi chipset Kirin Huawei, HSilicon, kesulitan membuat komponen vital smartphone ini.
Hal ini dikatakan oleh CEO Huawei Consumer Business Unit Huawei Richard Yu saat memperkenalkan smartphone baru Mate 40.
"Mulai 15 Desember dan seterusnya, prosesor Kirin andalan kami tak dapat diproduksi. Chipset yang didukung AI ini juga tak dapat diproses, ini adalah hal yang sangat merugikan bagi kami," kata Yu, seperti diberitakan Caixin.
Divisi chipset Huawei HiSilicon bergantung pada perusahaan software AS seperti Cadence Design System Inc atau Synopsys Int untuk merancangnya, lalu menyerahkan proses produksi ke Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) yang menggunakan peralatan dari perusahaan AS.
Pihak Huawei menolak untuk memberikan komentar atas laporan Caixin. TSMC, Cadence, dan Synopsys pun belum memberikan respons ketika dimintai komentar.
Advertisement
HiSilicon
Sekadar informasi, HiSilicon memproduksi sejumlah chip, termasuk jajaran prosesor Kirin yang hanya mendukung kinerja smartphone Huawei. Kirin juga jadi satu-satunya prosesor Tiongkok yang mampu menjadi rival untuk Qualcomm dalam hal kualitas.
"Huawei mencoba untuk mengeksplorasi sektor chip sejak 10 tahun lalu, mulai dari ketertinggalan, agak tertinggal, mulai mengejar, dan kini jadi pemimpin," kata Yu.
Huawei, kata Yu, berinvestasi dalam jumlah besar dalam hal riset dan pengembangan. "Kami melalui proses yang sangat sulit," tutur Yu.
(Dam/Ysl)