FKUI-RSCM Luncurkan Aplikasi LupusKu, Bantu Pejuang Lupus Lebih Patuh Terapi

Aplikasi LupusKu ini memiliki lima fitur utama, yaitu Catatan Gejala Harian, PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 13 Nov 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2021, 13:00 WIB
Tampilan aplikasi LupusKu (Dok. Biro Humas dan KIP UI)
Tampilan aplikasi LupusKu (Dok. Biro Humas dan KIP UI)

Liputan6.com, Jakarta - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), meluncurkan LupusKu, aplikasi seluler untuk anak-anak pejuang Lupus.

Aplikasi LupusKu diluncurkan Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dan dikembangkan oleh Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, FKUI-RSCM.

Dalam siaran pers Universitas Indonesia, Sabtu (13/11/2021), aplikasi seluler ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan terapi anak pejuang Lupus.

Aplikasi kesehatan ini memiliki tujuan untuk pemberdayaan pasien melalui program edukasi, pencatatan gejala, dan pengobatan secara mandiri.

FKUI mengungkapkan, aplikasi ini memiliki lima fitur utama, yaitu Catatan Gejala Harian, PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari.

Untuk menggunakan fitur-fitur di aplikasi LupusKu, pengguna harus memasukkan data diri seperti nama, tanggal lahir, berat dan panjang lahir, serta tanggal diagnosis.

Pada fitur Catatan Gejala Harian, anak maupun orang tua dapat mencatat setiap keluhan yang dirasakan secara mandiri, yang nantinya, data tersebut akan diolah oleh aplikasi untuk melakukan pemantauan keadaan pasien.

Melalui data tersebut, aplikasi akan memunculkan notifikasi pengingat hal-hal yang harus dilakukan pasien seperti jadwal kontrol ke dokter, atau notifikasi peringatan untuk segera melakukan pemeriksaan di Instalasi Gawat Darurat.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Fitur di Aplikasi LupusKu

Launching aplikasi LupusKu (Dok. Biro Humas dan KIP UI)
Launching aplikasi LupusKu (Dok. Biro Humas dan KIP UI)

Dalam mencatat perjalanan terapi, pengguna dapat memilih fitur PertumbuhanKu, PemeriksaanKu, PengobatanKu, dan Pelajari.

Pada fitur PertumbuhanKu, pengguna dapat mencatat berat badan dan tinggi badan setiap melakukan pengukuran. Selanjutnya, pengguna dapat mencatat semua hasil pemeriksaan dalam fitur PemeriksaanKu.

Dalam fitur PemeriksaanKu, pengguna dapat memasukkan hasil pemeriksaan darah, urine, rontgen, jantung, tulang , dan lainnya.

Pengguna juga dapat mengisi sendiri data-data pemeriksaan dokter atau mengunggah foto dokumen pemeriksaan. Lebih lanjut, mereka dapat memanfaatkan fitur PengobatanKu untuk mencatat semua kebutuhan obat yang diperlukan.

Aplikasi ini bahkan menyediakan fitur tambahan pengingat jadwal konsumsi obat.

"Ini akan memudahkan tidak hanya bagi orangtua dan pasien, tetapi juga untuk dokter yang memeriksa di Poliklinik," kata Dina Muktiarti, dokter spesialis ahli alergi imunologi FKUI, dalam acara peluncuran aplikasi tersebut, Senin awal pekan ini.

Fitur Pelajari dalam aplikasi ini adalah bentuk ruang edukasi bagi pengguna untuk mengetahui informasi-informasi terkini mengenai penyakit Lupus.

FKUI pun mengatakan, pengguna tidak perlu khawatir dalam hal privasi karena kerahasiaan data pengguna terjamin.

Meski begitu, untuk saat ini aplikasi LupusKu baru tersedia di Google Play Store untuk perangkat Android dan ke depannya, akan tersedia di App Store dan PrimaKu.

Penyakit Lupus

Penyakit Lupus
Ilustrasi Penderita Penyakit Lupus Credit: pexels.com/pixabay

Lupus atau odapus sendiri adalah penyakit autoimun kronik yang dapat menyerang berbagai usia, termasuk anak dan remaja.

Nia Kurniati, Ketua Divisi Alergi Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM mengatakan, penyakit ini menyebabkan sistem imun tubuh tidak bekerja seperti seharusnya.

"Yang harus diingat adalah bahwa penyakit Lupus itu tidak menular dan tidak diketahui secara spesifik penyebabnya sampai saat ini," kata Nia.

Antibodi yang seharusnya menjaga kesehatan tubuh, berbalik menyerang tubuh sehingga terjadi peradangan atau inflamasi pada berbagai bagian tubuh seperti kulit, sendi, darah dan sistem saraf.

Menurut dokter Dina, kepatuhan terhadap pengobatan penting dilakukan untuk mengetahui gambaran terkini kondisi pasien.

Maka dari itu, Dina mengatakan, perlu adanya kontrol aktivitas penyakit untuk mencegah kerusakan organ sehingga pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Hingga saat ini, penyakit Lupus belum bisa disembuhkan. Tujuan pengobatan hanya mendapatkan remisi panjang, mengurangi tingkat gejala, mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan potensi untuk tetap hidup.

(Dio/Ysl)

Infografis Perluasan Telemedicine Gratis Pasien Isoman Covid-19 di Jawa-Bali

Infografis Perluasan Telemedicine Gratis Pasien Isoman Covid-19 di Jawa-Bali. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Perluasan Telemedicine Gratis Pasien Isoman Covid-19 di Jawa-Bali. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya