Liputan6.com, Jakarta - Demo gameplay "Lumen in the Land of Nanite" saat pengumuman PlayStation 5 (PS5) menjadi momen penting bagi Epic Games. Pada acara tersebut, Sony memperlihatkan kemampuan grafis game yang sepenuhnya dibuat oleh Epic Games dengan menggunakan Unreal Engine (UE) 5.
Saishree Ashwin, Business Development Lead, Epic Games, Southeast Asia and India, mengungkap dua hal penting yang membuat UE5 lebih unggul dari generasi sebelumnya atau engine lain.
Baca Juga
"Adapun kedua hal tersebut adalah Lumen dan Nanite," kata Saishree.
Advertisement
Lumen adalah solusi iluminasi global yang dinamis dan memungkinkan Anda menciptakan adegan nyata dimana pencahayaan tak langsung beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pencahayaan langsung atau geometri.
"Lumen, bagi kami, adalah fitur penyangga penting yang memungkinkan Anda menciptakan dunia terbuka masif," jelas Saishree.
"Dan dapat membuat dunia lebih masuk akal dan hidup. Jadi pada dasarnya, Anda dapat membuat dunia fotorealistik dengan fitur ini."
Kedua adalah Nanite. Fitur ini memungkinkan pembuatan game dan pengalaman dengan detail geometris yang masif.
Dengan kemampuan Unreal Engine 5Â yang didemonstrasikan saat demo PS5 dan game The Matrix Awakens, banyak gamers masih meragukan kemampuan itu bakal tersedia di game baru dalam waktu dekat.
Unreal Engine 5 adalah iterasi terbaru dari game engine yang sangat sukses dan populer, dan akan digunakan secara besar-besaran di beberapa game.
"Versi terbaru, seperti yang saya sebutkan, adalah lompatan transisional dalam hal pembuatan geometri, pencahayaan dan animasi. Faktanya, 48Â persen dari judul konsol generasi selanjutnya akan didukung oleh Unreal," jawab Saishree.
Selama bertahun-tahun komunitas Unreal Engine tumbuh signifikan. Seiring meningkatnya minat pengalaman 3D, begitu pula desakan bagi pembuat konten untuk membuatnya.
"Kami melihat peningkatan besar dalam jumlah orang yang men-download Unreal Engine tahun lalu, dengan total download meningkat hampir 40 persen sejak akhir tahun 2020."
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Â
Judul Game yang Pakai Unreal Engine 5
Lebih lanjut, Lyra dan The Valley of The Ancient adalah contoh proyek game yang menunjukkan bagaimana mengeksplorasi pengembangan di UE 5.
Beberapa produk di UE 5 berasal dari gabungan tim di balik franchise ternama, seperti CD Projekt Red yang ahli dalam desain game open world The Witcher 3 dan Cyberpunk 2077.
Melalui kemitraan dengan Epic, mereka mengembangkan saga Witcher terbaru menggunakan UE 5. Aaron Sims Creative adalah kemitraan yang lain lagi.
"Saya juga ingin menyampaikan tentang Crystal Dynamics yang telah menyatakan sedang membuat game Tomb Raider baru dengan UE 5," kata Saishree.
Volvo mengungkapkan akan membawa visualisasi fotorealistik ke kendaraan listrik generasi mendatang menggunakan Unreal.
"Bersama Timberland, kami menunjukkan bagaimana perpustakaan tools dan teknologi 3D dan AR real time dapat membantu mengubah industri pakaian dan mode mulai dari konsep hingga ke konsumen."
Â
Advertisement
Produk yang Pakai UE 5 dan Akan Dirilis Pada 2022
Melalui Unreal Engine 5, Epic Games ingin memperkut tim besar maupun kecil untuk benar-benar mendobrak batasan apa yang memungkinkan secara visual dan interaktif.
Hal ini dapat terwujud dengan Unreal Engine 5, sehingga memungkinkan pengguna mewujudkan konten 3D real time next-gen dan pengalaman yang lebih bebas, ketelitian, dan fleksibilitas yang lebih besar dari sebelumnya.
"Fitur-fitur baru yang telah saya sebutkan dan alur kerjanya telah teruji dan sudah digunakan dalam produksi terbukti melalui game Fortnite, dan kami ingin para pembuat konten di seluruh dunia mendapat manfaat dari hal-hal tersebut," ujar Saishree.
Selain game, Saishree memberikan contoh The Matrix Awakens. "Ini adalah sekilas cerita sinematik. Sebuah pengalaman yang menggabungkan bentuk karya seni dengan cara baru yang menarik."
Demo dimulai dengan sinematik menampilkan manusia digital yang sangat realistis, sebelum berubah menjadi pengalaman interaktif kejar-kejaran mobil dan aksi penembak orang ketiga yang berkecepatan tinggi.
"Semua ini terjadi di kota besar yang dapat dijelajahi seperti dunia simulasi The Matrix, sangat kaya dan rumit. Luasnya 16 kilometer persegi photoreal, dan bisa dikunjungi. Memiliki penduduk dan lalu lintas yang realistik," jelasnya.
Saishre menyebutkan, demo The Matrix bukanlah sebuah game melainkan sebuah demo teknologi yang menawarkan visi masa depan konten interaktif. Dari kota dan lingkungan hingga photoreal yang secara visual memukau penonton sinematik.
(Ysl/Isk)