CEO Binance Changpeng Zhao Mundur Usai Dinyatakan Bersalah karena Kasus Pencucian Uang

CEO Binance Changpeng Zhao menyatakan mundur dari jabatannya setelah dinyatakan bersalah karena pelanggaran pencucian uang. Platform Binance juga dituding telah dipakai Hamas untuk menggalang dana.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 22 Nov 2023, 16:40 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2023, 16:40 WIB
Kisah Changpeng Zhao, CEO Binance yang Pernah Kerja di Pom Bensin hingga Jual Rumah Kini Masuk Daftar Orang Terkaya Dunia
Begini perjalanan Changpeng Zhao, CEO Binance sempat kerja di Pom Bensin hingga jual rumah demi memulai usahanya di bidang kripto. Kini masuk jajaran orang terkaya dunia. (Instagram/changpengzhao).

Liputan6.com, Jakarta - CEO Binance Changpeng Zhao mundur dari jabatannya setelah dinyatakan bersalah karena kasus pencucian uang. Mengutip BBC, Rabu (22/11/2023), melalui platform X alias Twitter, Changpeng Zhao mengaku ia membuat kesalahan dan mau bertanggung jawab.

"Saya membuat kesalahan dan saya harus bertanggung jawab. Ini merupakan hal yang terbaik bagi komunitas kami, bagi Binance, dan diri saya sendiri," kata Zhao melalui X, seperti dikutip dari BBC.

Sekadar informasi, Binance merupakan salah satu platform jual beli aset kripto terbesar di dunia yang terdaftar di Kepulauan Cayman.

Laporan BBC menyebut, Departemen Kehakiman AS mengharuskan Binance untuk membayar sanksi denda dan penyitaan sebesar USD 4,3 miliar. Departemen Kehakiman menyebut, Binance membantu pengguna menghindari sanksi di seluruh dunia.

"Binance memungkinkan terjadinya hampir USD 900 juta dalam transaksi antara pengguna AS dan Iran, serta memfasilitasi jutaan dolar dalam transaksi antara pengguna di AS dan pengguna di Suriah, serta wilayah Krimea yang diduduki Rusia, Donetsk, dan Luhansk," kata jubir Departemen Kehakiman AS.

Departemen Kehakiman AS juga menyebut, Binance memudahkan pelaku kejahatan dan teroris untuk mentransfer uang.

"Antara Agustus 2017 dan April 2022, terjadi transfer langsung sekitar USD 106 juta dalam bentuk Bitcoin ke dompet Binance.com dari Hydra. Hydra merupakan pasar gelap Rusia yang populer dan sering dipakai para pelaku kejahatan untuk memfasilitasi penjualan barang dan layanan ilegal," kata Departemen Kehakiman AS.

Karena alasan ini, platform jual beli kripto Binance wajib melaporkan aktivitas yang mencurigakan kepada otoritas federal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Hamas Diduga Pakai Binance untuk Galang Dana

CEO Binance, Changpeng Zhao. Dok: Binance
CEO Binance, Changpeng Zhao. Dok: Binance

"Langkah ini akan memajukan penyelidikan pidana kami terhadap aktivitas siber berbahaya dan penggalangan dana terorisme, termasuk penggunaan bursa kripto untuk mendukung kelompok seperti Hamas," kata Departemen Kehakiman.

Binance pun menunjuk Richard Teng yang merupakan Kepala Pasar Regional Perusahaan sebagai CEO baru.

Dalam sebuah unggahan di X alias Twitter, Changpeng Zhao mengatakan bahwa ini, "bukan hal mudah untuk melepaskan secara emosional."


Otoritas AS Berupaya Larang Binance Sejak Maret Lalu

Binance
Binance. Photo: Kanchanara/unsplash

Sebelumnya pada Maret lalu, regulator AS berupaya melarang Binance. Mereka menuding perusahaan tersebut beroperasi secara ilegal di sana.

Gugatan dari Commodity Features Trading Commission (CFTC) menyatakan, perusahaan tersebut mengembangkan bisnis di AS tetapi tak mendaftarkan diri dengan benar kepada otoritas.

Gugatan ini menuding Binance melanggar banyak UU keuangan AS, termasuk aturan yang dimaksudkan untuk pencucian uang.

 


Lakukan Upaya agar Warga AS Tak Pakai Platformnya

Binance
Ilustrasi Binance (Foto: BBC)

Pada saat itu Binance menyebut pihaknya melakukan investasi signifikan untuk memastikan pengguna AS tidak aktif di platform. Binance mengklaim saat itu mereka memblokir pengguna yang diidentifikasi sebagai WN AS atau yang punya nomor telepon AS.

Selain itu, Securitie and Exchange Commission (SEC) menuding Binace melakukan tipu daya. Otoritas ini juga menyebut Binance dan pendidinya, Zhao, telah mengabaikan aturan yang dimaksudkan untuk melindungi investor agar bisa beroperasi di AS.

Otoritas AS pun berjanji untuk memakai UU yang ada demi memberantas penipuan dan masalah lain dalam industri kripto, terutama setelah runtuhnya pesaing Binance, yakni FTX, tahun lalu.

Awal bulan ini, pendiri FTX Sam Bankman-Fried dinyatakan bersalah atas tindak pidana penipuan.

 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya