Teknologi TV 3D terus berkembang. Setelah mampu menawarkan pengalaman berbeda saat menonton televisi dengan teknologi 3D Aktif dan 3D Pasif melalui kacamata, kemudian munculah teknologi TV 3D tanpa kacamata.
Teknologi itu dikembangkan guna memenuhi kebutuhan hiburan di rumah yang bebas dari hambatan teknis. TV 3D tanpa kacamata yang pertama kali hadir di Indonesia adalah Toshiba Regza RZ1, yang diluncurkan pada pertengahan 2012. Regza RZ1 merupakan pengembangan dari TV 3D tanpa kacamata, Regza GL1, yang diluncurkan pertama kali di Jepang pada akhir 2011.
Berbeda dengan TV 3D lainnya, TV ini memiliki teknologi Regza Engine Cevo Duo S yang sanggup menghasilkan gambar 9 parallax. Gambar 9 parallax tersebut diproyeksikan pada panel quad Full HD yang melewati lensa-lensa lentikular dan kemudian diteruskan ke mata secara terus menerus untuk menciptakan efek 3D.
Menariknya, panel quad Full HD pada Regza RZ1 mampu menghasilkan kualitas gambar empat kali lebih tajam dari resolusi panel full HD lainnya dan dapat mengkonversi gambar dari 2D ke 3D secara real time.
TV 3D Ganggu Kesehatan?
Teknologi TV 3D memang sangat menggoda mata, namun banyak yang menganggap bahwa TV 3D tanpa kacamata maupun dengan kacamata bisa saja mengganggu kesehatan seseorang. Mengutip laman PC Authority, Jumat (17/1/2014), beberapa masalah kesehatan yang mungkin timbul adalah gangguan penglihatan.
Dr. Roger Phelps mengatakan, hal ini semata-mata tidak terjadi pada semua orang. Beberapa pasiennya menyatakan mengalami kelelahan atau pusing setelah menonton film 3D dan sebagian mengatakan mual ketika menyaksikan film 3D.
Menurut Phelps, hal itu tergantung dari individu masing-masing. Ada orang yang memang tak mampu memiliki penglihatan binokular yang seimbang.
"Dalam banyak kasus, pasien memiliki penglihatan binokular yang berbeda tipis, mengakibatkan penggunaan dua bola mata tidak ideal," tambah Phelps.
Senada dengan Phelps, Dr. Andrew Weil, M.D dalam situs pribadinya menyatakan bahwa hal ini masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Fenomena yang terjadi pada segelintir orang saat menonton film 3D, menurutnya adalah hal yang biasa.
Penjualan Masih Lemah
Meskipun TV 3D menyajikan sensasi yang luar biasa, namun kenyataannya teknologi ini masih belum ideal untuk menonton film, yang mungkin disebabkan oleh isu kesehatan di atas. Akibatnya, pertumbuhan volume penjualan global TV 3D tetap lemah hingga tahun 2013.
Para produsen televisi mengklaim, TV 3D sanggup menyajikan pengalaman lebih realistis ketika digunakan untuk menonton film, pertandingan olahraga, atau pun bermain game. Namun demikian, firma riset Allied Business Intelligence (ABI) menilai TV 3D tidak mampu menyajikan pengalaman 3D yang sama dengan bioskop 3D, yang memiliki layar berukuran jauh lebih besar.
"Kesuksesan film 3D di bioskop mendorong produsen televisi menawarkan TV 3D. Namun sangat disayangkan, film 3D yang terlihat dahsyat di bioskop ternyata tidak menawarkan sensasi yang sama ketika ditonton di layar televisi," ujar Senior Analyst ABI Research Inc, Michael Inouye, seperti dikutip dari laman PC Advisor.
Inouye memprediksi, volume penjualan global TV 3D pada 2015 hanya mampu mencapai 50 juta unit. Akan tetapi karena penjualan TV 3D tidak berkembang cukup baik di tahun 2013, maka perkiraan itu dipastikan tidak akan terwujud.
Bioskop 3D Tanpa Kacamata
Selain TV 3D, tim peneliti Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan juga sempat mengembangkan teknologi film bioskop 3D tanpa perlu kacamata. Dilaporkan BBC, teknologi itu diterapkan dengan menggunakan lapisan khusus sehingga saat orang melihat ke layar film, gambar yang tercipta adalah 3D.
Profesor John Koshel dari Ilmu Optik Universitas Arizona, yang memantau penelitian itu menjelaskan, teknologi gambar 3D di bioskop diciptakan dengan menggunakan stereocopy yaitu teknik memproyeksikan gambar 2D melalui filter khusus.
Meski beberapa perusahaan elektronik sudah memproduksi TV 3D tanpa kacamata, namun teknologi itu tidak dapat diterapkan untuk penonton berjumlah puluhan atau ratusan seperti di bioskop. Maka dari itu tim peneliti menyesuaikan cakupan yang lebih luas. (isk)
Bersambung...
Baca juga:
Televisi 3D Punya Karakter Yang Sama Dengan Mata Manusia
Panel LCD `Terbuat` Dari Ekstrak Kolesterol Wortel
TV Plasma Hadir di Tahun 1960an dan Akan Mati Tahun Ini?
Televisi Lahir Dari Kepingan Logam `Teleskop Elektrik`
Televisi Berwarna Lahir Dari `Kelamnya` Perang Dunia II
Teknologi itu dikembangkan guna memenuhi kebutuhan hiburan di rumah yang bebas dari hambatan teknis. TV 3D tanpa kacamata yang pertama kali hadir di Indonesia adalah Toshiba Regza RZ1, yang diluncurkan pada pertengahan 2012. Regza RZ1 merupakan pengembangan dari TV 3D tanpa kacamata, Regza GL1, yang diluncurkan pertama kali di Jepang pada akhir 2011.
Berbeda dengan TV 3D lainnya, TV ini memiliki teknologi Regza Engine Cevo Duo S yang sanggup menghasilkan gambar 9 parallax. Gambar 9 parallax tersebut diproyeksikan pada panel quad Full HD yang melewati lensa-lensa lentikular dan kemudian diteruskan ke mata secara terus menerus untuk menciptakan efek 3D.
Menariknya, panel quad Full HD pada Regza RZ1 mampu menghasilkan kualitas gambar empat kali lebih tajam dari resolusi panel full HD lainnya dan dapat mengkonversi gambar dari 2D ke 3D secara real time.
TV 3D Ganggu Kesehatan?
Teknologi TV 3D memang sangat menggoda mata, namun banyak yang menganggap bahwa TV 3D tanpa kacamata maupun dengan kacamata bisa saja mengganggu kesehatan seseorang. Mengutip laman PC Authority, Jumat (17/1/2014), beberapa masalah kesehatan yang mungkin timbul adalah gangguan penglihatan.
Dr. Roger Phelps mengatakan, hal ini semata-mata tidak terjadi pada semua orang. Beberapa pasiennya menyatakan mengalami kelelahan atau pusing setelah menonton film 3D dan sebagian mengatakan mual ketika menyaksikan film 3D.
Menurut Phelps, hal itu tergantung dari individu masing-masing. Ada orang yang memang tak mampu memiliki penglihatan binokular yang seimbang.
"Dalam banyak kasus, pasien memiliki penglihatan binokular yang berbeda tipis, mengakibatkan penggunaan dua bola mata tidak ideal," tambah Phelps.
Senada dengan Phelps, Dr. Andrew Weil, M.D dalam situs pribadinya menyatakan bahwa hal ini masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Fenomena yang terjadi pada segelintir orang saat menonton film 3D, menurutnya adalah hal yang biasa.
Penjualan Masih Lemah
Meskipun TV 3D menyajikan sensasi yang luar biasa, namun kenyataannya teknologi ini masih belum ideal untuk menonton film, yang mungkin disebabkan oleh isu kesehatan di atas. Akibatnya, pertumbuhan volume penjualan global TV 3D tetap lemah hingga tahun 2013.
Para produsen televisi mengklaim, TV 3D sanggup menyajikan pengalaman lebih realistis ketika digunakan untuk menonton film, pertandingan olahraga, atau pun bermain game. Namun demikian, firma riset Allied Business Intelligence (ABI) menilai TV 3D tidak mampu menyajikan pengalaman 3D yang sama dengan bioskop 3D, yang memiliki layar berukuran jauh lebih besar.
"Kesuksesan film 3D di bioskop mendorong produsen televisi menawarkan TV 3D. Namun sangat disayangkan, film 3D yang terlihat dahsyat di bioskop ternyata tidak menawarkan sensasi yang sama ketika ditonton di layar televisi," ujar Senior Analyst ABI Research Inc, Michael Inouye, seperti dikutip dari laman PC Advisor.
Inouye memprediksi, volume penjualan global TV 3D pada 2015 hanya mampu mencapai 50 juta unit. Akan tetapi karena penjualan TV 3D tidak berkembang cukup baik di tahun 2013, maka perkiraan itu dipastikan tidak akan terwujud.
Bioskop 3D Tanpa Kacamata
Selain TV 3D, tim peneliti Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan juga sempat mengembangkan teknologi film bioskop 3D tanpa perlu kacamata. Dilaporkan BBC, teknologi itu diterapkan dengan menggunakan lapisan khusus sehingga saat orang melihat ke layar film, gambar yang tercipta adalah 3D.
Profesor John Koshel dari Ilmu Optik Universitas Arizona, yang memantau penelitian itu menjelaskan, teknologi gambar 3D di bioskop diciptakan dengan menggunakan stereocopy yaitu teknik memproyeksikan gambar 2D melalui filter khusus.
Meski beberapa perusahaan elektronik sudah memproduksi TV 3D tanpa kacamata, namun teknologi itu tidak dapat diterapkan untuk penonton berjumlah puluhan atau ratusan seperti di bioskop. Maka dari itu tim peneliti menyesuaikan cakupan yang lebih luas. (isk)
Bersambung...
Baca juga:
Televisi 3D Punya Karakter Yang Sama Dengan Mata Manusia
Panel LCD `Terbuat` Dari Ekstrak Kolesterol Wortel
TV Plasma Hadir di Tahun 1960an dan Akan Mati Tahun Ini?
Televisi Lahir Dari Kepingan Logam `Teleskop Elektrik`
Televisi Berwarna Lahir Dari `Kelamnya` Perang Dunia II