Perkembangan platform teknologi big data sayangnya tidak diikuti dengan angka adopsi yang cepat. Selain belum banyak dipahami, big data masih dianggap sebagai sesuatu yang menguras cost perusahaan lebih besar.
Tidak mengherankan jika hingga saat ini adopsi teknologi big data di Indonesia masih rendah. Tren yang tengah hangat di sejumlah negara berkembang, belum sampai 'menjangkit' Tanah Air.
"Tren big data di dunia dalam rentan waktu 2012-2020 diprediksi akan mencapai 40 kali lipat. Sekitar 90% data di dunia hanya dibuat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir," pungkas Rachmat Gunawan, Direktur CTI Group di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta.
Jumlah ini meningkat drastis jika dibandingkan periode peradaban manusia hingga tahun 2009 yang hanya mampu mengumpulkan sekitar 10% data.
Hingga kini adopsi teknologi big data di Indonesia terhitung lambat. Terbukti baru ada tiga industri yang diketahui telah mengimplementasikan kecanggihan big data dalam operasional perusahaan.
Ketiga industri tersebut yakni telekomunikasi, penyedia jasa keuangan, dan instansi pemerintah. Namun tidak menutup kemungkinan bagi industri lain untuk mengadopsi big data.
"Industri manufaktur dan ritel berpotensi untuk memakai big data, karena dengan begitu dapat meneropong tren dan menciptakan sebuah peluang bisnis baru," papar Rachmat.
Baca juga:
Internet Salah Satu Penyebab Adopsi Big Data Lambat?
Big Data Akan Jadi 'Tambang Minyak' Masa Depan
3 CIO Paling Inspiratif di Indonesia Versi CTI
Perluas Jangkauan, Esia Gandeng Nahdlatul Ulama
Tidak mengherankan jika hingga saat ini adopsi teknologi big data di Indonesia masih rendah. Tren yang tengah hangat di sejumlah negara berkembang, belum sampai 'menjangkit' Tanah Air.
"Tren big data di dunia dalam rentan waktu 2012-2020 diprediksi akan mencapai 40 kali lipat. Sekitar 90% data di dunia hanya dibuat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir," pungkas Rachmat Gunawan, Direktur CTI Group di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta.
Jumlah ini meningkat drastis jika dibandingkan periode peradaban manusia hingga tahun 2009 yang hanya mampu mengumpulkan sekitar 10% data.
Hingga kini adopsi teknologi big data di Indonesia terhitung lambat. Terbukti baru ada tiga industri yang diketahui telah mengimplementasikan kecanggihan big data dalam operasional perusahaan.
Ketiga industri tersebut yakni telekomunikasi, penyedia jasa keuangan, dan instansi pemerintah. Namun tidak menutup kemungkinan bagi industri lain untuk mengadopsi big data.
"Industri manufaktur dan ritel berpotensi untuk memakai big data, karena dengan begitu dapat meneropong tren dan menciptakan sebuah peluang bisnis baru," papar Rachmat.
Baca juga:
Internet Salah Satu Penyebab Adopsi Big Data Lambat?
Big Data Akan Jadi 'Tambang Minyak' Masa Depan
3 CIO Paling Inspiratif di Indonesia Versi CTI
Perluas Jangkauan, Esia Gandeng Nahdlatul Ulama