Liputan6.com, Jakarta Ribuan tenaga honorer kategori 1 (K1) Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, menggelar unjuk rasa di depan Kantor Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RV), Jakarta pada Kamis (27/2/2014).
Aksi unjuk rasa tersebut dilakukan guna menuntut pengangkatan mereka sebagai honorer menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Tidak mengherankan jika para tenaga honorer tersebut meminta kepastian pemerintah soal pengangkatan tersebut. Hal ini lantaran banyak diantara para tenaga honorer ini yang bekerja belasan dan puluhan tahun.
Seperti diungkapkan Rina, Staf Tata Usaha (TU) SMP Negeri 1 Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur. Dia yang sudah menjadi tenaga honorer sejak 2001 bercerita bagaimana sulitnya bekerja sebagai tenaga honorer.
Rina menyatakan, ketika awal menjadi tenaga honorer, dirinya hanya menerima gaji sebesar Rp 90 ribu per bulan. Seiring berjalan waktu, gaji yang diterima perlahan-lahan naik. Hingga saat ini dia menerima gaji sebesar Rp 530 ribu per bulan. Namun besaran ini dinilai masih kecil dan belum cukup untuk kebutuhan hidup.
"Perlahan naik, tapi itu juga sedikit-sedikit. Tapi kalau dibandingkan sama gaji yang sudah PNS, ya jauh. Kalau PNS yang sama-sama di TU, itu gajinya Rp 2,5 juta. Padahal kerjanya sama," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (27/2/2014).
Selain gaji yang kecil, hal yang dikeluhkan para pekerja honorer ini yaitu keterlambatan pembayaran gaji yang terjadi setiap tahun. Biasanya terjadi pada awal tahun. "Tiap tahun, gajinya terlambat 3-4 bulan. Biasanya itu Januari sampai Maret atau April," lanjut ibu dua anak ini.
Rina mengatakan, sejak 2005, para tenaga honorer ini dijanjikan menjadi PNS, tapi hal tersebut belum terwujud sampai sekarang. "Waktu itu kayanya mau diangkat, tapi buktinya sampai saat ini nasib kita ini belum jelas. Padahal honorer yang lain, yang bahkan kategori 2 (K2) sudah diangkat," katanya.
Dia menuturkan tahun lalu, para tenaga honorer ini diberikan solusi agar bisa menjadi PNS melalui tes CPNS, namun banyak ditolak oleh tenaga honorer itu sendiri karena solusi ini dianggap tidak sesuai dengan aturan kepegawaian tenaga honorer. "Ada juga yang ikut, tapi ya namanya sudah pada tua, pendidikannya juga tidak tinggi, ya banyak yang tidak lolos. Kita maunya langsung diangkat tanpa lewat tes," jelasnya.
Dia mengaku, upayanya untuk mendapatkan hak sebagai PNS pun didukung keluarga, meskipun dia harus jauh-jauh datang ke Jakarta dan berunjuka rasa dengan duduk dipinggir jalan sambil berharap apa yang dituntut ini bisa segera terwujud.
"Harapannya ya bisa secepatnya diangkat jadi PNS, kita sudah mengabdi puluhan tahun. Kita minta kejelasan pemerintah. PNS itu harga mati," tandas Rina.
Saat ini masa unjuk rasa yang berjumlah sekitar 1.296 tenaga honorer telah membubarkan diri. Para tenaga honorer yang datang ke Jakarta dengan menggunakan bus sebanyak 16 buah dan kereta api ini akan menginap dihalaman parkir timur Senayan untuk kembali melakukan unjuk rasa pada Jumat (28/2/2014) pagi.