Pengembang Tak Sanggup Lagi Beli Lahan di Menteng

Para pengembang pun mengeluhkan harga tanah dan bangunan yang mahal di Menteng, Jakarta Pusat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Mar 2014, 14:31 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2014, 14:31 WIB
kpr-rumah-mewah-140213b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Menteng selama ini merupakan kawasan elit dengan jejeran bangunan dan perumahan besar. Kebanyakan pemiliknya adalah pengusaha, seperti Chairul Tanjung, Mooryati Soedibjo, dan masih banyak lainnya. Tak heran bila, harga tanah serta bangunan di daerah tersebut mencapai miliaran rupiah.

Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Bidang Komunikasi, Theresia Rustandi mencontohkan, para pengembang sulit untuk membeli tanah dan membangun rumah di Menteng, Jakarta Pusat.

"Dulu harga rumah di Menteng cuma ratusan juta, tapi sekarang bisa sampai Rp 2 miliar. Ketika pengembang berhasil menjual rumah seharga miliaran itu, mereka tentu akan mendapatkan untung hingga 10 kali lipat," ucapnya dalam acara Coffee Morning di Jakarta, Rabu (5/3/2014).

Lebih jauh Theresia mengeluhkan, dengan keuntungan besar tersebut, pengembang justru belum tentu bisa membeli tanah dan membangun rumah di Menteng dengan nominal yang sama.

"Coba kalau mereka ingin beli tanah dan bangun rumah lagi, itu harganya sudah capai di atas Rp 2 miliar. Akhirnya mereka pindah cari lahan yang murah di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) karena mereka mau tidak mau harus membeli tanah," terangnya.

Kata dia, inilah yang menjadi permasalahan para pengembang selama ini. Kenaikan harga tanah, tambahnya, terjadi ketika proses akuisisi dengan perusahaan atau pihak lain. Tak ayal bila banyak orang, terutama perusahaan terbuka alias emiten yang kerap bungkam jika perusahaannya tengah melakukan penjajakan akuisisi.

"Buat perusahaan terbuka harga tanah naiknya harus stabil, jangan tiba-tiba 50%,70% atau bahkan sampai 100%. Pokoknya jangan ada goreng menggoreng untuk industri apapun, termasuk properti," tandas Theresia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya