Level Nilai Tukar Rupiah Sekarang Bikin BI Tak Nyaman

Level nilai tukar rupiah yang membuat nyaman BI dan mencerminkan fundamentalnya di kisaran Rp 11.400 per dolar Amerika Serikat (AS).

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Jun 2014, 17:57 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2014, 17:57 WIB
Penurunan Rupiah 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melihat bahwa pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini mempunyai sisi positif bagi neraca perdagangan. Namun memang, nilai tukar rupiah saat ini tidak membuat bank sentral nyaman.

Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, nilai tukar rupiah saat ini memang tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki neraca perdagangan.

Menurutnya, saat neraca perdagangan dalam posisi defisit, penurunan nilai tukar bisa membuat ekspor lebih kompetitif. "Sedangkan impor bisa dikurangi," tuturnya di Jakarta, Selasa (24/6/2014). Dengan keadaan seperti itu, neraca perdagangan bisa didorong untuk kembali surplus.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS),  neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,96 miliar pada April 2014, setelah pada bulan sebelumnya mencatat surplus sebesar US$ 0,67 miliar. "Tetapi kami perkirakan neraca perdagangan pada Mei kembali surplus," tambahnya.

Menurut pria yang pernah menjadi ekonom PT Bank Mandiri Tbk ini, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan karena pengaruh dari luar yaitu karena kenaikan harga minyak dunia. Krisis geopolitik yang kembali terjadi di Irak membuat harga minyak dunia naik.

Kenaikan harga minyak tersebut membuat permintaan akan dolar untuk membeli komoditas minyak meningkat dan kemudian membuat nilai tukar dolar menguat terhadap rupiah.

Mirza mengaku, level nilai tukar rupiah saat ini sebenarnya tak membuat bank sentral nyaman. Menurutnya, level nilai tukar rupiah yang membuat nyaman dan mencerminkan fundamentalnya di kisaran Rp 11.400 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga Rp 11.800 per dolar AS.

Oleh sebab itu, agar nilai tukar rupiah berada di level yang seharusnya, Bank Indonesia terus menerus melakukan operasi pasar. Namun memang, langkah BI di pasar lebih untuk membuat volatilitas rupiah tidak tinggi dan bukan untuk memperkuat nilai tukar. (Fik/Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya