Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah hari ini secara resmi mengumumkan harga baru BBM jenis premium dan solar yang akan berlaku mulai 1 Januari 2015 pukul 00.00 WIB. Pada penetapan ini, kedua jenis BBM tersebut mengalami penurunan harga jual.
Namun menurut Pengamat Ekonomi, Aviliani, meski BBM mengalami penurunan harga, pemerintah tetap harus menggalakan program pengalihan (konversi) BBM ke bahan bakar lain, seperti gas.
"Dengan adanya penurunan ini, pemerintah tetap harus memikirkan konversi minyak ke gas," ujarnya di Jakarta, Rabu (31/12/2014).
Aviliani mengatakan, Indonesia harus mencontoh Brasil dimana negara tersebut menerapkan sistem 'double engine' untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan bagi masyarakatanya.
Di Brasil, ketika harga minyak dunia murah maka masyarakatnya akan memakai BBM. Namun pemerintah negeri samba tersebut tetap dipersiapkan untuk energi alternatif lain selain BBM sehingga ketika harga minyak dunia naik, maka masyarakatnya bisa menggunakan energi alternatif tersebut.
"Jadi jangan mentang-mentang BBM turun tetapi pemerintah lupa soal konversi. Sebab kalau harga BBM naik, kita akan tetap punya masalah yang sama dan berulang-ulang," lanjutnya.
Di Indonesia, pemerintah bisa kembali mendorong program konversi BBM ke BBG seperti yang telah lama dicanangkan. Caranya yaitu dengan membantu SPBU dalam menyiapkan infrastruktur BBG, sehingga tidak hanya menjual BBM saja.
"Sekarang konversi gas ini tidak jalan kan karena SBPU-nya sedikit dan jaraknya jauh-jauh. Ini harus dipikirkan, karena dengan harga BBM turun, penerimaan migas kita juga turun. Jadi belum tentu defisitnya bisa berkurang drastis," tandasnya. (DNy/Gdn)
Pemerintah Tak Boleh Lupakan Konversi BBM Ke BBG
Indonesia harus mencontoh Brasil dimana negara tersebut menerapkan sistem 'double engine' untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan.
diperbarui 31 Des 2014, 15:13 WIBDiterbitkan 31 Des 2014, 15:13 WIB
Pengendara motor bersiap mengisi bahan bakar minyak di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (24/12). BPH Migas menyatakan kuota BBM bersubsidi tinggal 1,7% atau 782.000 kiloliter dari total yang dianggarkan dalam APBN-P 2014. (Liputan6.com/Miftahul Hayat)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tak Terima Keponakan Dimarahi, Pria di Kupang Tebas Tetangga dengan Kapak
Jadwal Sholat DKI Jakarta, Jawa dan Seluruh Indonesia Hari Ini Selasa 24 Desember 2024
Menkum Bandingkan Denda Damai Kejagung dengan Prabowo Akan Maafkan Koruptor
Penghasil Terbesar, Negara Ini Justru Larang Bawa Durian di Transportasi Umum
Sepanjang Tahun, MilkLife Soccer Challenge 2024 Sukses Tumbuhkan Minat Siswi MI dan SD Rangkai Mimpi jadi Bintang Sepak Bola Masa Depan
Terlambat Sholat Subuh, Masih Bolehkah Lakukan 2 Rakaat Qobliyah? UAS Menjawab
BI Periksa Uang Terkelupas yang Bikin Resah Warga Sulsel, Ternyata Asli
Detik-Detik Sambaran Petir Tewaskan 2 Petani, Satu Berteduh di Gubuk Lainnya di Pematang Sawah
Polri Siapkan Strategi Amankan Libur Nataru hingga Mitigasi Potensi Rawan Kemacetan
Film Sorop Resmi Tayang di Bioskop, Berikut Sinopsis dan Fakta Menariknya
Kutub Magnet Bumi akan Berubah pada 2040, Ini Dampaknya bagi Manusia
Sudah Tobat dari Perbuatan Dosa, Apakah Masih Kena Azab? Simak Kata Ustadz Khalid Basalamah