Untung Menipis, Bisnis SPBU Mulai Tak Menarik

Kini banyak SPBU yang beralih fungsi jadi ruko, perumahan atau perkantoran

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 10 Jan 2015, 17:55 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2015, 17:55 WIB
 Pemerintah Turunkan Harga Premium Jadi Rp 7.600
Petugas SPBU sedang mengisi bahan bakar ke salah satu kendaraan roda empat Seiring dengan terus melorotnya harga minyak dunia, Jakarta, Kamis (1/1/2015). (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Semakin menipisnya untuk dari jualan bahan bakar minyak (BBM), sejumlah pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) mulai mengalihkan bisnisnya.

Menurut Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi, bisnis SPBU kini menjadi kurang menarik bagi pengusaha dalam tiga sampai empat tahun terakhir.

"Sekarang beli lahan Rp 10 miliar, bangun SPBU 10 miliar jadi modalnya sekitar Rp 20 miliar. Tapi dapatnya hanya Rp 50 juta per bulan, itu balik modalnya lama," kata Eri saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (10/1/2014).

Tak heran, kini banyak SPBU yang beralih fungsi jadi ruko, perumahan atau perkantoran. Dia mengungkapkan, fenomena ini banyak terlihat di Surabaya dan Jakarta.

"Properti sekarang mahal, jadi lebih untung. Apalagi  SPBU kan biasanya berada di jalur utama.

Eri menjelaskan, saat ini memang merupakan masa-masa berat bagi para pengusaha SPBU. Mereka merasa sering dijadikan kelinci percobaan dari kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah.

Contohnya, saat menurunkan harga BBM subsidi jenis premium dan solar pada 1 Januari silam. Para pengusaha SPBU sebagai operator tidak diberitahu atau diajak berdiskusi terlebih dahulu.

Akibatnya, para pengusaha SPBU harus menanggung kerugian hingga ratusan miliaran rupiah karena sudah terlanjur membeli stok BBM dengan harga lama yang lebih mahal.

"Kami rugi ratusan miliar rupiah. Kami jadi korban, tidak ada koordinasi, tidak dimintai pendapat tiba-tiba harga BBM diturunkan," jelas dia.(Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya