Liputan6.com, Jakarta - Harga beras tercatat bergerak naik dalam hampir tiga pekan terakhir hingga dijual di atas Rp 10 ribu per Kg. Menanggapi kondisi tersebut, Wakil Ketua komisi IV DPR-RI Herman Khaeron menyatakan, petani belum tentu mendapatkan keuntungan dari kenaikkan harga beras yang terjadi di pasar saat ini.
Herman juga menegaskan, tak akan melakukan justifikasi terhadap pedagang dengan kenaikkan harga beras kali ini.
"Tapi dalam situasi kenaikan beras saat ini, belum tentu yang menikmati adalah petani. Sekarang ada 26 juta kartu keluarga yang pekerjaannya petani, mereka juga bagian dari 245 juta penduduk yang harus membeli beras," kata Herman dalam diskusi terbuka di Jakarta, Sabtu (28/2/2015).
Menurutnya, jika petani menjual gabah dan beras dengan harga murah lalu membeli beras dengan harga mahal, tentu saja petani tak dapat untung.
Dalam kondisi seperti ini, Herman juga meminta pemerintah untuk tidak mengatakan hal-hal yang tak perlu dikatakan. Pasalnya itu akan menjadi ruang bagi para spekulan untuk memainkan harga beras di pasar.
"Beras merupakan isu yang situasional dan dapat dimanfaatkan oleh para spekulan. Artinya pemerintah harus segera merespon dan menyelesaikannya dengan cepat dan kompak," ujar Herman.
Karenanya, pemerintah dituntut untuk segera mengumumkan proyeksi produksi beras tahun ini. Langkah tersebut harus dilakukan guna menunjukkan kepastian kekuatan pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan.
"Misalnya, kami menggunakan referensi 139 Kg per kapita per tahun, tapi kemudian rilis statistik baru adalah 125 Kg per kapita per tahun. jangan sampai selisih digunakan menurunkan realisasi konsumsi, apalagi penduduk kita terus bertambah," pungkasnya. (Sis/Nrm)
Herman juga menegaskan, tak akan melakukan justifikasi terhadap pedagang dengan kenaikkan harga beras kali ini.
"Tapi dalam situasi kenaikan beras saat ini, belum tentu yang menikmati adalah petani. Sekarang ada 26 juta kartu keluarga yang pekerjaannya petani, mereka juga bagian dari 245 juta penduduk yang harus membeli beras," kata Herman dalam diskusi terbuka di Jakarta, Sabtu (28/2/2015).
Menurutnya, jika petani menjual gabah dan beras dengan harga murah lalu membeli beras dengan harga mahal, tentu saja petani tak dapat untung.
Dalam kondisi seperti ini, Herman juga meminta pemerintah untuk tidak mengatakan hal-hal yang tak perlu dikatakan. Pasalnya itu akan menjadi ruang bagi para spekulan untuk memainkan harga beras di pasar.
"Beras merupakan isu yang situasional dan dapat dimanfaatkan oleh para spekulan. Artinya pemerintah harus segera merespon dan menyelesaikannya dengan cepat dan kompak," ujar Herman.
Karenanya, pemerintah dituntut untuk segera mengumumkan proyeksi produksi beras tahun ini. Langkah tersebut harus dilakukan guna menunjukkan kepastian kekuatan pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan.
"Misalnya, kami menggunakan referensi 139 Kg per kapita per tahun, tapi kemudian rilis statistik baru adalah 125 Kg per kapita per tahun. jangan sampai selisih digunakan menurunkan realisasi konsumsi, apalagi penduduk kita terus bertambah," pungkasnya. (Sis/Nrm)
Â