Rachmat Gobel Yakin Realisasi Ekspor Bisa Capai Rp 5.725 Triliun

Produk dari pengusaha Indonesia 30 persen akan ditujukan untuk pasar ekspor dan 70 persen untuk pasar domestik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Apr 2015, 12:45 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2015, 12:45 WIB
Blusukan ke Pasar Tangerang, Mendag Dicurhati Pedagang
Sebelumnya, Mendag Rachmat Gobel juga pernah melakukan blusukan ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mempunyai satu ambisi besar yaitu mengejar target ekspor 300 persen hingga 2019. Dengan target tersebut, Kementerian perdagangan harus mampu mencetak nilai ekspor menembus US$ 458 miliar atau sekitar Rp 5.725 triliun (estimasi kurs: Rp 12.500 per dolar AS) dalam waktu lima tahun ke depan.

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengaku, keberanian memasang target peningkatan ekspor sampai 300 persen sampai akhir pemerintahan Jokowi tidak terlepas dari visi misi yang telah dijabarkan Presiden dalam rencana jangka menengah dan panjangnya.

"Tantangan peningkatan ekspor 300 persen atau dengan nilai US$ 458 miliar‎ pada 2019. Angka yang besar tapi saya yakin dan optimistis karena beberapa hal," kata dia saat acara Penandatanganan MoU Pembinaan Dunia Usaha Nasional dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia ()Apindo di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (13/4/2015).

Rachmat menjelaskan, Presiden dalam visi misinya menyebutkan rencana pembangunan pembangkit listrik 35 ribu megawatt (Mw), pelabuhan, bandara, sampai jalur kereta api dan program swasembada pangan di 2019.

"Ini adalah optimisme pertama yang bisa dijalankan. Karena sekarang pemerintah bersatu, menyelesaikan persoalan yang menghambat. Tidak ada lagi ego sektoral. Misalnya ketika ada masalah ekspor mebel harus ada izin atau gunakan SVLK sebagai syarat ekspor, maka dalam satu bukan kami bisa pecahkan itu dengan koordinasi bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan," tegas dia.

Optimisme kedua, lanjutnya, penyelesaian masalah tanpa birokrasi panjang. Pemerintah dan pengusaha seharusnya duduk bersama. Hal ini akan memberikan kepastian terhadap kebijakan yang akan diambil. Sama seperti Presiden Jokowi yang diakui Rachmat, sangat jelas ketika berbicara di depan investor luar negeri bahwa Indonesia bukan hanya potensi sebagai pasar tapi juga basis industri.

"Optimisme ketiga, pemerintah d‎an pelaku usaha harus sama-sama terlibat aktif dalam memetakan masalah, mencari solusi dan mengambil kebijakan. Ikut fight, kalau tidak, jalan pemerintah tidak akan mulus," papar dia.

Salah satu upaya meningkatkan ekspor dan memperkuat pasar domestik, Kementerian Perdagangan dan Apindo melanjutkan kerjasama terkait Pembinaan Dunia Usaha Nasional. Paska penandatanganan ini, Rachmat dan pelaku usaha akan menindaklanjutinya dengan membuat peta persoalan atau hambatan yang selama ini mengganjal ekspor Indonesia, membangun industri menengah dan besar.

"Ironis kan kalau kita genjot ekspor besar, tapi pasar domestik diserbu impor. Jadi saya mau seimbangkan. 30 persen untuk ekspor dan 70 persen domestik. Kemendag juga menjaga pasar supaya produk berkualitas, jika tidak misalnya pakaian bekas ilegal bisa mematikan industri kita. Targetnya satu bulan peta permasalahan sudah selesai," pungkas Rachmat. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya