Liputan6.com, Jakarta - Sektor industri seharusnya menjadi nyawa bagi perekonomian nasional. Kenyataannya, industri nasional sampai saat ini belum memperlihatkan pertumbuhan yang mampu mendorong ekonomi Indonesia.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, tak berkembangnya industri nasional karena pola pikir pengusaha yang lebih memilih menjadi pedagang (trader) bukan pelaku industri.
"Kenapa pengusaha sebagai trader daripada produsen itu menjadi warning," kata dia di Jakarta, Sabtu (16/5/2015).
Padahal, besaran impor bahan baku di sektor industri mencapai 70 persen dari total nasional. Impor bahan baku diharapkan mendongkrak industri dalam negeri.
Sayangnya, sampai sekarang tidak ada perubahan yang signifikan pada sektor industri di dalam negeri. "Sekarang sering bertanya porsi impor sampai 70 persen tapi industri nggak berkembang. Itu kemana?," kata dia.
Menurut Enny, ada sebuah kesalahan kualifikasi impor barang baku dan konsumsi rumah tangga sehingga sektor industri tidak berkembang. "Kalau izin ditertibkan oleh produsen akan mengurangi moral hazard," tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel berambisi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi. Hal itu untuk mengurangi ketergantungan dari impor.
"Supaya kita jadi basis kebutuhan dalam negeri. Keprihatinan kenapa impor. Dulu kita agraria kenapa tidak kita bangun," ujarnya.
Terpenting, lanjut Rachmat perubahan pola pikir ke arah industri mesti dilakukan. "Negara ini harus jadi negara industri jangan pedagang,"tandas dia.(Amd/Nrm)