Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perusahaan penerbangan Malaysia Airlines kini hampir selesai mengeksekusi recana restrukturisasi yang digaungkan sejak tahun lalu. Sebanyak 6.000 dari total 20 ribu pegawai diprediksi akan kehilangan pekerjaannya dalam upaya Malaysia Airlines memulihkan bisnis setelah dua tragedi kecelakaan pesawat maut yang terjadi tahun lalu.
Melansir laman CNN Money, Rabu (27/5/2015), beberapa laporan menunjukkan, angka pemutusan hubungan kerja (PHK) Malaysia Airlines bisa mencapai 8.000 pegawai. Perusahaan maskapai asal malaysia itu juga telah menunjuk seorang administrator senior untuk memantau periode transisi ini.
"Seluruh karyawan akan mendapatkan surat pemberhentian dan atau surat rekomendasi untuk bergabung dengan perusahaan," ujar juru bicara perusahaan yang tak disebutkan identitasnya.
Advertisement
Menurut CEO Malaysia Airlines Christoph Muller, meskipun terdapat sejumlah perubahan, sejumlah operasi maskapai masih berjalan seperti biasa.
Seperti diketahui, bisnis Malaysia Airlines dihantam dua kecelakaan maut tahun lalu yaitu hilangnya penerbangan MH370 secara misterius dan hancurnya MH17 setelah ditembak jatuh di zona perang Ukraina. Tentu saja, publisitas Malaysia Airlines merosot drastis lantaran kecelakaan tersebut.
Bahkan sebelum kehilangan dua pesawat tersebut, Malaysia Airlines telah mengalami kesulitan finansial cukup parah. Perusahaan tercatat tidak mendapatkan untung sejak 2008 dan dalam tiga tahun hingga 2013, kerugian maskapai mencapai US$ 1,3 miliar.
Akibatnya, Malaysia Airlines ditarik dari bursa saham dan dikendalikan oleh Khazanah National, yang meluncurkan rencana restrukturisasi bernilai US$ 1,8 miliar.
Berbagai reformasi dilakukan termasuk memangkas rute penerbangan yang tak menguntungkan, meletakkan manajemen senior baru dan memangkas tenaga kerja.
Dalam beberapa bulan terakhir, Malaysia Airlines juga secara bertahap telah menjual berbagai aset sebagai bagian dari reorganisasi, termasuk sahamnya di distributor travel Abacus. (Sis/Ndw)