Liputan6.com, New York - Saat mencari pekerjaan, Anda membuat resume atau curriculum vitae (CV) untuk menampilkan prestasi dan keahlian Anda yang paling berharga. CV juga menjadi media bagi para pemberi kerja untuk menentukan Anda layak atau tidak bekerja di perusahaan.
Jadi, tidak heran kalau mayoritas orang berbohong di CV mereka. Sebuah survei pada 2014 oleh CareerBuilder menemukan, 58 persen manajer perekrutan berhasil menemukan para pelamar kerja yang berbohong soal resumenya.
Kebohongan ini tidak hanya terjadi pada pekerja level menengah. Di level eksekutif pun banyak yang melakukannya. Berikut 6 eksekutif sukses yang berbohong soal CV mereka, seperti ditulis BusinessInsider.com, Selasa (21/7/2015):
1. David Tovar, mantan Vice President Corporate Communication Wal-Mart
Pada September 2014, Tovar mundur dari perusahaan. Penyebabnya, ia ketahuan berbohong soal gelar sarjananya. Ternyata, ia tidak meraih gelar sarjana di bidang seni dari Universitas Delaware, Amerika Serikat. Ia hanya berpartisipasi dalam acara kelulusan saja.
2. Sandra Baldwin, mantan Presiden Komite Olimpiade AS
Pada Mei 2002, Baldwin mundur dari jabatannya setelah ketahuan berbohong. Perempuan pertama yang menjadi Presiden Komite Olimpiade AS ini tidak pernah meraih sarjana strata satu apalagi doktorat, seperti yang ia tulis pada CV-nya.
3. Scott Thompson, mantan CEO Yahoo!
Advertisement
Saat Thompson terpilih menjadi CEO Yahoo! pada Januari 2012, di resumenya tertulis kalau ia meraih gelar sarjana akuntansi dan ilmu komputer dari Stonehill College. Faktanya, ia hanya lulus sarjana akuntansi. Thompson akhirnya meninggalkan Yahoo! pada Mei 2012.
Alison Ryan
4. Alison Ryan, mantan Kepala Komunikasi Manchester United
Ryan dipecat dari Manchester United pada Februari 2007. Ia memang tidak berbohong telah lulus sarjana hukum dari Universitas Cambridge, seperti tertulis pada CV-nya. Namun, ia berbohong dengan mengatakan meraih gelar itu dengan prestasi memuaskan.
5. Patrick Imbardelli, mantan Kepala Operasional InterContinental Hotels Group untuk kawasan Asia Pasifik
Nasib lebih mengenaskan diterima Imbardelli karena berbohong. Selain dipecat, ia juga harus mengembalikan dua bulan gajinya kepada perusahaan. Ia mengaku, dalam CV-nya, kalau lulus sarjana bisnis dan manajemen perhotelan dari Universitas Victoria, Australia.
Ia juga berbohong telah meraih sarjana dan master dari Universitas Cornell. Faktanya, Imbardelli tidak memiliki gelar sarjana apa pun.
6. Gregory Probert, mantan CEO Herbalife Ltd
Pada 2008, Probert mundur dari jabatannya setelah ketahuan tidak memiliki gelar master dari California State University, AS. Padahal, ia telah meraih karier cukup cemerlang. Sebelum bergabung dengan perusahaan penurun berat badan itu, Probert bekerja di level eksekutif Walt Disney.
Reporter: Elsa Analet
(Elsa/Ndw)
Advertisement