Ingin Jual Sapi di RI, Pengusaha India Temui Menteri Pertanian

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengatakan, kebutuhan impor sapi hidup Indonesia mencapai 750 ribu ekor per tahun.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Jul 2015, 17:30 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2015, 17:30 WIB
Daging Sapi
Sapi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuka opsi untuk melakukan impor sapi hidup asal India. Sapi asal negeri Bollywood tersebut dinilai lebih murah dibanding dengan sapi asal Australia.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman pun mengaku bahwa Kementerian Pertanian telah bertemu dengan duta besar dan pengusaha sapi asal India. Dalam pertemuan tersebut, pengusaha sapi India meminta agar diizinkan untuk melakukan ekspor ke Indonesia.

"Saya baru ketemu duta besar dan pengusahanya, mereka bermohon untuk masukan sapi ke Indonesia," ujarnya di Kantor Kementan, Jakarta, (22/7/2015).

Setelah mendengarkan permohonan tersebut, Amran menyatakan bahwa pihaknya juga mengajukan syarat. Salah satunya yaitu adanya standar bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). "Kami minta syaratnya bebas penyakit PMK," lanjutnya.

Jika tidak memenuhi syarat tersebut, maka jangan harap sapi-sapi asal India bisa masuk ke Indonesia. Selain itu Amran juga mengingatkan bahwa Indonesia masih punya opsi negara lain jika ingin mengimpor sapi. "Ada banyak, ada dari Brasil, Selandia Baru, Jepang. Sumber kita banyak. Ini juga sudah kita koordinasi dengan Kemendag," tandasnya.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan membuka peluang impor sapi hidup diluar Australia. Hal itu lantaran kebutuhan impor sapi Indonesia mencapai 750 ribu setiap tahun.

Menteri Perdagangan (Mendag), Rachmat Gobel mengatakan kebutuhan impor sapi hidup Indonesia mencapai 750 ribu ekor per tahun. "Tapi itu mungkin ada peningkatan," ucap dia.

Ia menuturkan, pemerintah membuka kesempatan untuk mengimpor sapi hidup dari negara lain. Jadi tidak hanya dari Australia saja supaya bisa menekan harga sampai ke tingkat konsumen. Salah satunya India.

"Kami lihat semuanya, kemungkinannya iya, kami lihat mana yang lebih murah untuk kepentingan nasional kita. Bisa saja kami pelajari dari (India)," ujar Rachmat.

Rachmat menuturkan, biaya produksi atau logistik mengalami peningkatan sehingga akan berdampak ke harga jual di tingkat konsumen maupun inflasi. Tentu, sambung dia, pemerintah harus berupaya menekan biaya agar konsumen tidak merasa terbebani.

"Bisa mempelajari impor sapi dari India atau negara lain. Yang pasti menurunkan biaya supaya enggak melebihi harga di konsumen," terang dia.

Hanya saja, kata Rachmat, kuota impor jangan sampai membuat stok di dalam negeri berlebihan sehingga kesulitan menjual di pasar Indonesia, terutama mengganggu pasar peternak lokal. Kebijakan impor sapi harus memperhatikan peternak dalam negeri.

"Jangan seolah-olah tidak memperhatikan peternak lokal. Makanya kita dorong berapa besar sebetulnya sehingga mengambil keputusan impor bisa tepat," kata Rachmat. (Dny/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya