Ini Alasan Kepala Bappenas Hubungi Bos Pelindo II

Direktur Utama Pelindo II, RJ Lino mengadu kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil terkait penggeledahan kantor Pelindo II.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 30 Agu 2015, 19:30 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2015, 19:30 WIB
 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil

Liputan6.com, Jakarta - Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sofyan Djalil membenarkan dirinya menghubungi Direktur Utama PT Pelindo II RJ Lino terkait penggeledahan kantor PT Pelindo II karena ada kasus dugaan korupsi pengadaan mobil crane atau alat angkut berat. Hal itu dilakukannya karena empati terhadap RJ Lino.

"Benar itu transkrip telepon dengan saya. Saya yang telepon pak Lino, karena saya empati, dan ingin tahu apa yang terjadi," ujar Sofyan, Minggu (30/8/2015).

Meski demikian, Sofyan mengaku dirinya tidak tahu kalau telepon itu akan dibuka kepada wartawan. "Cuma saya tidak tahu kalau telepon saya dibuka kepada wartawan," kata Sofyan.

Untuk diketahui, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara kembali didatangi pihak kepolisian. Polisi menggeledah kantor PT Pelindo II terkait kasus dugaan korupsi pengadaan mobil crane atau alat angkut berat.

Kepada Sofyan, RJ Lino mengadu soal itu dan geram hingga mengancam akan mundur dari posisinya sebagai Direktur Utama PT Pelindo II jika Presiden Joko Widodo tak menyelesaikan persoalan itu.

"Ini contoh tidak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Pak Presiden, kalau caranya begini saya berhenti saja besok," kata RJ Lino kepada Sofyan Jalil via telepon di Kantor Pusat PT Pelindo II, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Berikut percakapan RJ Lino dengan Sofyan Djalil yang diperdengarkan langsung melalui speaker ponsel kepada para wartawan:

RJ Lino: Halo Pak Sofyan, selamat siang, Pak.

Sofyan: Kenapa Pak RJ Lino?

RJ Lino: Ini saya pulang rapat di luar tiba-tiba kok begitu banyak polisi di kantor.

Sofyan: Ada apa?

RJ Lino: Ada penggeledahan. Mereka cari file. Ya saya hormatilah tugas mereka. Tapi ya saya tidak bisa begini ini. Harusnya dipanggil dulu, ditanya dulu, dicek dulu ada apa gitu ya."

Sofyan: Hmmm.

RJ Lino: Kemudian seperti Crane itu yang 10 itu. Very small investment dari investment yang besar. Kemudian itu kan sudah proses itu sudah diperiksa berkali-kali, BPK sudah periksa dan sudah clear juga, proses lelang sampai semuanya.

Sofyan: Yang dulu itu?

RJ Lino: Sebenarnya bukan lagi dipanggil KPK. KPK saya masih ikut campur untuk mutusin. Kalau ini saya sama sekali nggak tahu. Jadi mulai proses lelang.

Sofyan: Memang ada yang lapor?

RJ Lino: Saya kira ini ada karyawan JICT yang laporlah, ini biasa. Yang ini mulai proses lelang sampai diputusin pemenang kontrak saya tidak ngerti apa-apa.

Sofyan: Ya. Yaya.. terus?

RJ Lino: Saya tidak pernah teken kontrak. Terus terang saya SMS Pak Luhut Panjaitan (Menko Polhukam). Beliau lagi rapat. Saya protes besar. Kalau begini caranya, saya berhentilah sekarang.

Sofyan: Terus bagaimana sekarang?

RJ Lino: Kalau seperti ini caranya, saya berhenti saja. Nggak bisa negeri ini, Pak.

Sofyan: Ditelepon Pak Tito? Pak kapolda?

RJ Lino: Enggak tadi saya telepon Pak Luhut. Bukan Kapolda, Pak. Tadi dari Bareskrim Polri yang ke sini. Pak Sofyan yaa, kalau Presiden tidak bisa clear hari ini, besok berhentilah. Susah negeri ini seperti ini. Kita kayak dihukum media. Begitu datang, media begitu banyak. Saya seperti dibuat seperti kriminal. Come on Pak. I'm make this company so rich. Tidak fair, Pak. Bapak tolong kasih tahu Presiden deh, kalau caranya seperti ini, saya berhenti.

Sofyan: Ibu Rini Sumarno (Menteri BUMN) bagaimana?

RJ Lino: Ibu Rini sudah telepon Kapolri. Ini contoh enggak baik untuk negeri ini. Kasih tahu Presiden, Pak, kalau caranya begini saya berhenti saja besok. Saya sama sekali disappointed. Saya sama sekali disappointed.

Sofyan: Dasarnya apa?

RJ Lino: Dasarnya katanya ada korupsi sama money laundring. Come on. Jadi Pak Sofyan tolong kasih tahu Presiden, kalau tidak clear-kan hari ini, saya berhenti besok. Saya tidak mau kerja seperti ini. Negeri ini tidak bisa seperti ini.

(Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya