Liputan6.com, Chicago - Harga emas cenderung melemah di awal pekan seiring investor khawatir kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun 2015.
Akan tetapi, harga emas cenderung mencatatkan kenaikan terbesar secara bulanan sejak Januari. Hal itu lantaran pasar cemas terhadap gejolak di bursa saham global. Harga emas untuk pengiriman Desember 2015 melemah US$ 1,5 atau 0,1 persen menjadi US$ 1.132,50 per ounce di divisi Comex. Harga emas telah menguat 3,4 persen, dan salah satu terbesar. Harga perak untuk pengiriman Desember naik 0,3 persen menjadi US$ 14.586 per ounce.
Baca Juga
"Bursa saham melemah dalam dua minggu terakhir telah menempatkan emas di bawah kondisi normal, namun pernyataan pejabat senior bank sentral AS telah membuat pelaku pasar cemas karena masih ada potensi kenaikan suku bunga pada akhir tahun," tutur Adam Koos, Direktur Libertas Wealth Management Group, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (1/9/2015).
Advertisement
Ia menambahkan, memang emas sempat kembali pulih setelah tertekan. Namun, pelaku pasar sekarang fokus terhadap suku bunga dan data ekonomi. "Emas mungkin menjadi tempat aman untuk investasi. Akan tetapi kecemasan pelaku pasar soal kenaikan suku bunga akan mempengaruhi gerak harga emas," kata Koos.
Ketidakpastian soal kenaikan suku bunga telah membebani logam mulia yang berdenominasi dolar. Alan Konn, Direktur Price Asset Management menuturkan volatilitas harga emas yang terjadi seiring harapan kenaikan terhadap harga emas. Pelaku pasar pun akan fokus terhadap rilis data ekonomi pada pekan ini.
AS akan merilis data tenaga kerja bulanan. Data ekonomi ini akan membantu memberi tanda kapan The Fed menaikkan suku bunga.Sebelumnya pernyatan pejabat senior The Fed Stanley Fischer memberikan investor alasan kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee atau FOMC pada 16-17 September. (Ahm/Igw)