Liputan6.com, Jakarta - PT TrikomselOke terancam gagal membayar obligasi yang bakal jatuh tempo di 2016 dan 2017. Perusahaan kini berencana untuk merestrukturisasi utang perusahaan.
Dilansir dari Bloomberg, Rabu (21/10/2015), perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki Softbank Group Corp ini menyebutkan, kemungkinan perusahaan tak bisa membayar utang, dan mencoba untuk menghindari skenario terburuk, mencari perlindungan dari pengadilan setempat. Hal ini belum pernah terjadi dalam 6 tahun terakhir yang melibatkan dolar Singapura.
Baca Juga
PT Trikomsel Oke akan membentuk komite dan di 26 Oktober nanti bakal berdiskusi mengenai kemungkinan mengambil opsi merestrukturisasiutang. Dalam hal ini, perusahaan memilih FTI Consulting sebagai konsultan.
Advertisement
Perseroan, yang punya surat utang dalam bentuk mata uang dolar Singapura sekitar 462 juta dolar Singapura atau sekitar Rp 6,2 triliun berupa surat utang dan pinjaman, menyatakan, mengalami penurunan pendapatan dan arus kas akibat dari pelemahan ekonomi dan rupiah belakangan ini.
Rupiah melemah di tahun ini dan memaksa perusahan untuk menghitung kembali utangnya. Rupiah melemah 7,7 persen terhdap dolar di tahun ini, dan terhadap dolar, membuatnya menjadi mata uang terlemah di Asia Tenggara setelah ringgit Malaysia.
Trikomsel tak pernah gagal membayar utang, dan restrukturisasiutang atau kegagalan di pasar yang menggunakan dolar Singapura, terakhir terjadi din 2009, atau 6 tahun lalu saat Celestial Nutrifoods dan Sino-Environment TEchnologu Group Ltd default.
"Ada beberapa diskusi internal yang kita harus kerjakan sebagai penilaian dan pekerjaan rumah kita. Kita hanya mencoba untuk mendahului skenario terburuk, secepat mungkin," kata Direktur Trikomsel, Juliana Samudro.
Trikomsel juga mempertimbangkan unutk menunjuk Ashurst LLP sebagai konsultan untuk bekerjasama dengan FTI Consulting. Samudro mengatakan, perusahaan tengah memikirkan hal itu.
Samudro juga merupakan Direktur Keuangan dan Direktur Eksekutif Polaris, yang memiliki 44 peren saham Trikomsel, sementara SOftbank Group yang dikelola oleh miliarder Jepang, Masayoshi Son, masih memegang 19,9 persen saham di perusahaan ini.
Trikomsel menerbitkan dua surat utang, Yang pertama sebesar 115 juta dolar Singapura dengan bunga 5,25 persen dan jatuh tempo pada Mei 2016. Yang kedua sebesar 100 juta dolar Singapura dengan bunga 7,875 persen yang jatuh tempo pada Juni 2017. (Zul/Ndw)