Yuk, Hitung Berapa Gaji Pantas Buatmu

Gaji. Obrolan sensitif tapi penting. Tak sedikit orang yang merasa gaji dan tagihan seperti kejar-kejaran tidak ada habisnya.

oleh Liputan6 diperbarui 03 Nov 2015, 00:00 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2015, 00:00 WIB
Yuk, Hitung Berapa Gaji Pantas Buatmu
Gaji. Obrolan sensitif tapi penting. Tak sedikit orang yang merasa gaji dan tagihan seperti kejar-kejaran tidak ada habisnya.

Liputan6.com, Jakarta Gaji. Obrolan sensitif tapi penting. Tak sedikit orang yang merasa gaji dan tagihan seperti kejar-kejaran tidak ada habisnya.

Berkunjung ke University of Melbourne minggu lalu untuk andil dalam Indonesian Career Expo, Karir.com mencari talenta-talenta terbaik di salah satu kota tujuan favorit mahasiswa Indonesia menimba ilmu di Benua Kangguru itu. Sejumlah 17.000 mahasiswa asal Indonesia memang tersebar di Australia, dengan jumlah terbesar di Sydney, disusul dengan Melbourne dan Perth. Banyak lulusan yang lantas memutuskan berkarir di Australia.

Mengapa mereka akhirnya memutuskan berkarir di Australia? Berapa sih penghasilan yang didapat dengan berkarir di Australia? Apakah gaji di sana jauh lebih menjanjikan?

Gaji & Biaya Hidup di Australia

Besaran gaji di Australia ditetapkan dengan cukup rapi. Pemerintah mengatur UMP yang sangat detil, dibedakan per industri dan per jenjang karir. Salah satu contoh, kisaran gaji di bank adalah 23-32 AUD (atau sekitar Rp 225.000-315.000) per jam. Mereka bekerja delapan jam per hari. Misal gaji seorang karyawan di bank adalah 25 AUD per jam, maka karyawan tersebut menerima 200 AUD per hari. Jika dalam sebulan karyawan ini bekerja selama 22 hari, maka total yang dia dapatkan per bulannya adalah 4.400 AUD atau sekitar Rp 43.225.000.

Angka tersebut memang terlihat besar, namun ternyata tidak bagi karyawan level junior yang hidup di sana dengan kisaran gaji di atas, karena biaya hidup di Australia terkenal tinggi. Sedangkan, gaji level manajer dan manajer senior jika dirupiahkan bisa mencapai Rp 100.000.000 per bulan. Angka ini tergolong besar, namun untuk mencapai level tersebut seseorang biasanya sudah berkarir lebih dari 15 tahun di sana.

Biaya hidup di Australia memang terkenal tinggi. Misalnya saja, parkir di CBD (Central Business District) bisa mencapai belasan hingga puluhan dolar per harinya. Makan dan sewa apartemen pun tergolong tinggi. Pendapatan Rp 20.000.000 per bulan di sana tergolong berat; hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Gaji minimal yang paling ideal untuk hidup “layak” di Australia berkisar di angka Rp 30.000.000.

Plus-minus berkarir di Australia:

1. Salah satu hal positif saat memutuskan berkarir di Australia adalah “aturan main” yang sangat jelas dari pemerintahnya; mulai dari jam kerja, jaminan kesehatan, gaji, dan lain-lain.

2. Tantangan terberatnya adalah harus hidup jauh dari keluarga. Inilah alasan yang paling sering diungkapkan para profesional Indonesia yang ingin kembali berkarir di Indonesia.

3. Tata kota dan infrastruktur Melbourne sangat tertata dan ramah-pengguna, baik angkutan umum maupun fasilitas umum lainnya.

4. Wisata tidak melulu ke mall karena banyak taman terbuka yang menyenangkan dan sehat.

Prospek Berkarir di Indonesia

Bulan Januari-Maret 2015 memang sepertinya terjadi kelesuan ekonomi, namun hal ini hanya gejala sesaat. Pemerintah telah meluncurkan paket ekonomi, di antaranya yang paling banyak adalah proyek infrastruktur, yang dipercaya akan menggulirkan kembali roda ekonomi.

Jumlah permintaan atau request karyawan klien kepada Karir.com terus tinggi, yakni lebih dari 5.000 lowongan aktif yang tersedia di Karir.com setiap harinya; jumlah ini terus ter-update. Hal ini merupakan sebuah indikasi bahwa business still goes on, meski beberapa sektor memang agak terpukul, seperti otomotif dan mining.

UMP Jakarta hampir menyentuh Rp 3.000.000 per bulan, dan angka ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar hidup di ibukota. Saat sesi kunjungan Karir.com ke University of Melbourne, banyak mahasiswa Indonesia yang bertanya tentang kisaran gaji berkarier di Indonesia. Rata-rata bertanya apakah berkarir di Indonesia merupakan pilihan yang tepat saat ini.

Plus-minus berkarir di Indonesia (Jakarta-red):

1. Macet. Menuju tempat kerja saja sudah membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Menghabiskan waktu lebih dari empat jam sehari di jalan bolak-balik dari rumah ke kantor pun sudah menjadi hal biasa. Waktu dengan keluarga dan buah hati menjadi semakin minim akibat rasa lelah menghadapi kemacetan.

2. Transportasi. Jika mengendarai mobil ke kantor menambah kemacetan, naik angkutan umum pun belum terlalu ramah-pengguna. Selain harus menunggu lama, berdesak-desakan dan bau tak sedap pun sudah biasa.

3. Polusi. Asap knalpot dan suara bising di jalan seolah melengkapi perjuangan menuju dan dari kantor.

4. Gaji. Tak sedikit orang yang merasa gaji dan tagihan seperti kejar-kejaran tidak ada habisnya. 

Menghitung Gaji yang Pantas

Untuk menghitung berapa gaji yang pantas untuk skill dan pengalaman Anda, banyak institusi yang memberikan laporan tahunan panduan gaji karyawan Indonesia. Ketik “salary guide Indonesia 2014,” dan biasanya akan muncul panduan dari Kelly Services atau Robert Walters.

Jalin relasi dengan head hunter sedini mungkin, selain untuk mendapatkan kiat-kiat sukses berkarir, Anda juga bisa mendapatkan update terkini, salah satunya soal gaji. Bekali diri Anda dengan membaca Apa Saja Ciri Head Hunter yang Bisa Dipercaya supaya lebih percaya diri. (Dino Martin)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya