Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah disarankan memanfaatkan harga minyak dunia yang merosot. Hal itu dengan membuat langkah-langkah yang berguna untuk ketahanan energi di masa depan.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, ketika harga minyak rendah, seharusnya pemerintah membeli minyak dengan volume lebih besar dari biasanya. Minyak tersebut disimpam setelah dikurangi volume konsumsi.
Baca Juga
"Dengan selisih harga itu, kenapa kita tidak beli sebanyak itu untuk nimbun," kata Tulus, di Jakarta, Senin (15/2/2016).
Advertisement
Tulus menambahkan, cadangan akan bertambah seiring minyak yang disimpan tersebut sehingga akan meningkatkan ketahanan energi yang saat ini hanya sekitar 20 hari. Tabungan juga berguna mengurangi pengeluaran ketika harga minyak kembali tinggi.
Baca Juga
"Pemerintah ambil momennya tentang kebijakan energinya. Pemerintah dan Pertamina harus amankan lebih kuat, misalnya memperbanyak volume yang banyak," tutur dia.
Tulus mengungkapkan, saat situasi harga minyak dunia yang alami penurunan juga perlu pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT). Ia mengakui hal tersebut kontra produktif, karena biaya pengembangan EBT menjadi lebih mahal dibanding harga minyak, namun hal tersebut perlu dilakukan untuk ketahanan energi ke depan.
"Agak kontraproduktif pemerintah kembangkan EBT, karena harga minyak murah," ujar dia.
Praktisi Energi ITS Agus Budi Hartono mengingatkan pemerintah untuk tidak terlena dengan situasi harga minyak dunia yang murah. Pemerintah perlu mengembangkan energi alternatif seperti Bahan Bakar Gas (BBG), untuk mengantisipasi jika harga minyak dunia kembali tinggi.
"Kita bisa manfaatkan semaksimal mungkin, penurunan harga ini jadi prioritas atau bisa kembangkan BBG. Kita jangan terlena, kondisi ini bukan kondisi selamanya," kata Agus. (Pew/Ahm)