Penerbitan Euro Bond Bikin Utang RI Tembus Rp 4.210,80 Triliun

Dari data BI, utang luar negeri pada April ini mencapai US$ 319 miliar atau Rp 4.210,80 triliun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 21 Jun 2016, 14:14 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2016, 14:14 WIB
Utang Luar Negeri
Gubernur BI, Agus Martowardojo menyebutkan posisi utang luar negeri Indonesia masih dalam kondisi sehat.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menegaskan kenaikan utang luar negeri 6,3 persen atau US$ 319 miliar atau Rp 4.210,80 triliun per April 2016 masih dalam kondisi sehat. Penyebab naiknya utang tersebut dikontribusi utang luar negeri sektor publik atau pemerintah akibat agresivitas penerbitan surat utang untuk menutup kebutuhan pembiayaan dari defisit anggaran yang diperkirakan 2,35 persen terhadap Product Domestik Bruto (PDB).

Demikian dikatakan Gubernur BI, Agus Martowardojo usai Rapat Kerja Postur Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2016 di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (21/6/2016).

“Secara umum, posisi utang luar negeri kita masih dalam keadaan sehat, meskipun ada kenaikan utang luar negeri publik karena ada penerbitan Euro Bond dan Samurai Bond. Dibanding negara lainnya, utang luar negeri kita masih memadai, masih sehat,” ujar Agus.

Dari data BI, utang luar negeri pada April ini mencapai US$ 319 miliar atau Rp 4.210,80 triliun (estimasi kurs 13.200 per dolar AS). Posisi utang luar negeri Indonesia pada April tersebut naik 6,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, posisi utang luar negeri Indonesia pada April tersebut naik US$ 3 miliar atau Rp 39,6 triliun. Pada Maret 2016, posisi utang luar negeri Indonesia, berada di angka US$ 316 miliar atau Rp 4.171,20 triliun. BI melihat posisi utang luar negeri Indonesia masih cukup sehat.

Dikutip dari laman bi.go.id, jika dilihat dari jangka waktu asal, utang luar negeri berjangka panjang meningkat, sementara utang luar negeri berjangka pendek turun. "Sedangkan jika dilihat dari kelompok peminjam, utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan Bank Indonesia) meningkat, sedangkan utang luar negeri sektor swasta mengalami penurunan," tulis laporan tersebut.

BI mencatat, berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri Indonesia didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang. Utang luar negeri berjangka panjang pada April 2016 mencapai US$ 279,3 miliar atau mencapai 87,6 persen dari total ULN. Nilai tersebut tumbuh 8,3 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan lebih tinggi dari pertumbuhan Maret 2016 yang sebesar 7,9 persen.

Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek pada April 2016 tercatat sebesar US$ 39,7 miliar atau 12,4 persen dari total utang luar negeri. Angka tersebut turun 5,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Jika berdasarkan kelompok peminjam, posisi utang luar negeri Indonesia didominasi oleh utang luar negeri sektor swasta. Pada akhir April 2016, posisi utang luar negeri sektor swasta tercatat sebesar US$ 165,2 miliar atau 51,8 persen dari total utang luar negeri. Adapun posisi ULN sektor publik sebesar US$ 153,8 miliar atau 48,2 persen dari total utang luar negeri.

Utang luar negeri sektor swasta masih mengalami penurunan 1,1 persen (yoy) pada April 2016 setelah pada bulan sebelumnya turun 1 persen (yoy). Sementara utang luar negeri sektor publik tumbuh 15,7 persen (yoy) atau meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 14 persen (yoy).

Pada sektor swasta, posisi utang luar negeri pada April 2016 terutama terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76 persen.

Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih tercatat mengalami peningkatan. Sementara itu, utang luar negeri sektor keuangan dan pertambangan masih menurun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya