Arcandra: Konsumsi Listrik Negara Maju Capai 4.000 Kwh per Kapita

Arcandra mengatakan, konsumsi listrik di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sekitar 900 kilo Watt hour (kWh) per kapita.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Jan 2017, 14:15 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2017, 14:15 WIB

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar ingin meningkatkan kapasitas listrik Indonesia dengan menggunakan sumber energi sesuai dengan kearifan lokal. Tak hanya itu, Arcandra juga ingin meningkatkan konsumsi listrik per kapita. 

Berangkat dari konsumsi listrik di Indonesia, Arcandra mengatakan, konsumsi listrik di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu sekitar 900 kilo Watt hour (kWh) per kapita. Padahal, konsumsi listrik per kapita merupakan salah satu indikator yang menunjukkan produktivitas.

"Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara maju apabila konsumsi listrik mencapai sekitar 4.000 kWh per kapita," kata Arcandra, di Jakarta, Selasa (10/1/2017).

‎Menurutnya, untuk meningkatan konsumsi listrik harus didukung dengan pasokan yang memadai. Namun, saat ini cadangan energi yang bersumber dari bahan bakar fosil mengalami penurunan, karena itu Energi Baru Terbarukan (EBT) harus lebih masif digunakan, tidak lagi sebagai alternatif.

Selain itu, sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN), untuk mencapai target bauran energi terbarukan tahun 2025 sebesar 23 persen. Karena itu dia akan mendorong pengembangan semua potensi energi terbarukan di Indonesia.

Arcandra mencontohkan, negara di Eropa Barat seperti Denmark dan Belanda yang memiliki potensi energi angin yang besar, memfokuskan pengembangan energi terbarukan pada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), sedangkan Jepang berfokus pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Untuk Indonesia, EBT potensial adalah panas bumi, dengan potensinya sangat besar. ‎Karena itu, perlu didorong pengembangannya.

“Bagaimana dengan renewable energy di Indonesia?. Panas Bumi adalah kearifan lokal kita. Karena tidak semua negara punya panas bumi. Karena itu pengembangan potensi panas bumi perlu kita dorong secepatnya,” tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya