BI Prediksi Cadangan Devisa RI Naik di Februari

Potensi kenaikan cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari ini utamanya berasal dari penerimaan valuta asing dari ekspor minyak dan gas

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Mar 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2017, 10:00 WIB
Cadangan Devisa
Cadangan Devisa

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memperkirakan cadangan devisa (cadev) Indonesia pada Februari 2017 akan meningkat dari US$ 116,9 miliar di Januari 2017. Hal itu seiring dengan aliran modal yang masuk sampai dengan bulan kedua ini mencapai Rp 26 triliun.

"Kan kemarin (Januari) US$ 116 miliar, ini (Februari) potensinya naik," kata Agus di Jakarta, seperti ditulis Selasa (7/3/2017).

Agus menjelaskan, potensi kenaikan cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari ini utamanya berasal dari penerimaan valuta asing (valas) dari ekspor minyak dan gas (migas) ke negara lain.

Ini ditambah dengan adanya aliran dana masuk ke Indonesia. "Kita tahu inflow sampai akhir Februari sebesar Rp 26 triliun. Apabila itu diserahkan valasnya ke BI, akan membuat cadev meningkat. Tapi secara umum karena tidak termasuk pinjaman negara karena pinjaman negara tidak dikeluarkan Februari kemarin," dia menerangkan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan [cadangan devisa]( 2850123 "") di akhir Januari 2017 sebesar US$ 116,9 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2016 yang sebesar US$ 116,4 miliar.

"Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah," dia menjelaskan.

Selain itu penerimaan juga berasal dari hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas, yang melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.

Posisi cadangan devisa per akhir Januari 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,7 bulan impor atau 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya