Jadi Holding, Aset BUMN Tambang Bakal Tembus Rp 106 Triliun

Kementerian BUMN tengah berkoordiasi dengan DPR RI tentang pembentukan holding BUMN di sektor pertambangan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 22 Mar 2017, 13:09 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2017, 13:09 WIB
Ilustrasi Smelter
Ilustrasi Smelter (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian BUMN tengah berkoordiasi dengan DPR RI tentang pembentukan holding BUMN di sektor pertambangan. Jika harmonisasai dan koordinasi ini selesai maka tidak butuh waktu lama holding akan terbentuk.

Deputi BUMN Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media, Fajar Harry Sampurno menjelaskan BUMN tambang ini terdiri dari PT Indonesia Asahan Alumunium atau Inalum(Persero), PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Bukit Asam (Persero) Tbk, dan PT Timah (Persero) Tbk.

Harry menjelaskan semua BUMN tersebut saat ini memiliki kinerja yang positif. Meski Antam dalam dua tahun lalu kinerja keuangannya negatif, namun kali ini sudah positif.

"Jadi ini lebih mudah dan sangat positif, terutama dalam meningkatkan leverage kita," kata Harry di Kementerian BUMN, Rabu (22/3/2016).

Dengan demikian, BUMN bisa melakukan aksi bisnis yang lebih agresif dan mampu menggarap proyek-proyek kelas kakap baik itu di tingkat nasional atau di tingkat internasional.

Nantinya, yang akan menjadi induk holding adalah Inalum. Alasan Inalum menjadi holding dikarenakan 100 persen sahamnya masih dimiliki oleh pemerintah.

"Kalau dilihat dari laporan keuangannya 2015, holding ini akan memiliki total aset, liabilitas, dan ekuitas masing-masing mencapai Rp 106 triliun, Rp 24 triliun, dan Rp 82 triliun," tambah Harry.

Dalam roadmap hingga 2019, Kementerian BUMN sudah memasukkan PT Freeport Indonesia sebagai anak usaha dari Inalum. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya